Hari ini aku mengajari murid-muridku satu kalimat yang terus mengetuk-ngetuk kepala dari tadi sampai perjalanan kembali kerumah, pulang dari kampus. "Hari Esok Itu Tidak Ada! Karena Hari Esok Adalah Hari Ini!" Aku sampai mengulang kalimat ini dua kali. Kalimat yang sungguh aku tasbihkan buat mereka murid-muridku, buat bekal mereka hari ini dan kelak, hari yang entah kapan dan kelak yang juga ngga jelas kapan.
Bagiku; pengelaman memang mengajari hal yang seperti itu. betul kesempatan akan datang berulang-ulang, tapi bagi mereka yang tak siap, kesempatan itupun hanya akan terlewat begitu saja. Sampai-sampai kita mesti setuju bahwa kesempatan itu memang tidak pernah datang dua kali. Karena tampaknya kita yang tak pernah siap ini, selalu bingung memposisikan diri, memastikan langkah berikutnya.
Kita yang sombong selama ini, merasa tahu betul pilihan terbaik setiap kita di persimpangan jalan. tampaknya harus mulai mengakui; bahwa kita memang tidak tahu apa-apa, bahkan untuk tahu apa yang telah dan sedang terjadi. Analisa kita pada kejadian yang telah lalu seringkali analisis kosong belaka. Kita yang sombong ini sebenarnya tidak tahu apa-apa, hanya sekedar didorong gengsi untuk terlihat seperti tahu, apa yang sedang kita lakukan.
Kalau begitu apa yang mesti kita lakukan di masa depan? Haruskah dengan planing terukur, atau membiarkan hidup seperti air mengalir. Tampaknya kita harus mulai jujur menjawab "Kita tidak tahu mana yang benar" sampai kita ada di akhir perjalanan dan merasakan sendiri hasilnya: Jadi orang kalahkah kita? atau Jadi petarung yang menikmati kemenangan? Yang paling pasti tampaknya: Kita memang tidak pernah punya hari esok, kita hanya punya hari ini. Yang itupun kita sepatutnya ragu.. berapa detikkah lagi yang tersisa.
Kepada setiap engkau: Diriku! Tampaknya kita harus mulai bersiap-siap lagi, mengintip R di ujung sana dan mulai menentukan pilihan; Apakah menyalip pilihan terbaik?! Dan kita lah yang nanti akan merasakan buah keputusan itu, Aku dan Engkau diriku!