Darmawan,
Program Doktor Ilmu Manajemen - Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia,
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI,
darmawanmpa@windowslive.com
Program Doktor Ilmu Manajemen - Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia,
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI,
darmawanmpa@windowslive.com
SCIENTIFIC
SUMMARY
Seperti
pada umumnya lembaga publik, ada kecenderungan lembaga publik tidak pernah
merasa perlu untuk melakukan marketing. Lembaga publik jarang sekali mensosialisaisikan
program dan capaian programnya. Hal ini bahkan berlaku untuk kebijakan –
kebijakan yang sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Lembaga
pendidikan milik negara juga melakukan hal uang sama. Sedikit sekali, bahkan
mungkin tidak ada, SMP/ MTs negeri yang mempromosikan sekolah dan kegiatannya.
Keyword:
marketing channels, madrasah.
Background:
Sudah
menjadi rahasia umum, ekspektasi masyarakat terhadap kinerja madrasah lebih
rendah dari pada sekolah umum. Pemberian dana besar – besaran dari sumber APBN,
APBD dan bantuan lainnya tidak mampu mengangkat derajat madrasah di mata
publik. Pertumbuhan jumlah madrasah tidak sebesar pertumbuhan jumlah sekolah,
untuk semua jenjang, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Begitu juga pada pertumbuhan jumlah
siswa, di MTs rata – rata MTs negeri hanya memiliki kelas paralel antara 3 – 5
kelas. Berbeda dengan SMP yang rata – rata 8 – 10 kelas. Padahal kualifikasi
guru pada saat ini sudah hampir setara. Semua guru MTs sudah sarjana dan
tersertifikasi guru profesional. Permasalahan persepsi di benak masyarakat
memang bukanlah hal yang mudah untuk di rubah.
Aims:
Makalah
ini mencoba mempertemukan permasalahan yang terjadi di madrasah – madrasah
negeri dan solusi alternatif yang bisa di berikan ilmu marketing. Dengan
integrated marketing channels di harapkan ada begitu banyak alternatif
kebijakan yang bisa dilakukan oleh madrasah negeri dalam upaya meningkatkan
kuatitas siswanya.
Design:
Perencanaan
jalur pemasaran adalah pusat dari setiap model bisnis (Carter E. Vincent, 2011).
Untuk mendisain sistem jalur pemasaran, seorang analis pemasaran harus
menganalisa kebutuhan dan keinginan dari konsumen, menyusun tujuan jalur, dan
mengevaluasi jalur alternatif utama (Kotler, 444 : 2012).
Menganalisa
kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga mereka dapat memilih jalur sesuai
apa yang lebih disukai mereka berdasarkan; harga, ragam produk dan kenyamanan
dari tujuan mereka berbelanja sebanding dengan; ekonomi, sosial dan pengalaman,
seperti halnya pada segmentasi produk yang telah ada. Seorang tenaga pemasaran
harus memiliki kepedulian bahwa pembeli yang berbeda memiliki kebutuhan yang
berbeda pada saat proses pembelian sesuatu.
Gambar 1 Diadaptasi dari
Framework: The Customer Decision Process
in a Multichannel Environment (Umut Konuş at al. 38:2011)
Terdapat
3 (tiga) tipe dari pembeli (pada grosir dan pedagang ritel pakaian di eropa)
1.
Konsumen Layanan / kualitas, adalah mereka
yang lebih memperhatikan keanekaragaman dan kualitas dari produk dan pelayanan
2.
Konsumen harga / nilai, adalah mereka yang
lebih memperhatikan pengeluaran yang lebih bijaksana.
3.
Konsumen afiliasi, adalah mereka yang
memperhatikan afiliasi dan keterikatan mereka terhadap kelompok tertentu.
Kesimpulan
terpentingnya adalah walaupun pada konsumen yang sama akan memilih jalur yang
berbeda untuk setiap fungsi yang berbeda pada sebuah proses pembelian
(belanja).
Jalur
– jalur menghasilkan 5 (lima) output pelayanan:
1.
Besaran ukuran: jumlah unit dari jalur yang di
ijinkan sesuai dengan tipe konsumen yang membeli pada satu kesempatan.
2.
Waktu tunggu dan pengiriman: rata – rata yang
jalur pemasaran buat untuk memudahkan para pembeli untuk melakukan pembelian
terhadap suatu produk.
3.
Ukuran kenyamanan: derajat yang jalur
pemasaran buat untuk para pembeli mudah dalam melakukan pembelian sebuah
produk.
4.
Keragaman produk: pilihan – pilihan yang di
sediakan oleh jalur pemasaran
5.
Dukungan pelayanan: tambahan layanan (kredit,
pengiriman, pemasangan dan perbaikan) yang disediakan oleh jalur pemasaran
Potential Impact:
Produsen
lebih banyak tidak menjual barang-barang mereka langsung kepada pengguna akhir;
diantara mereka berdiri suatu kelompok perantara yang melakukan berbagai
fungsi. Perantara ini merupakan jalur pemasaran (juga disebut jalur perdagangan
atau jalur distribusi). Secara resmi,
jalur pemasaran adalah organisasi saling bergantung yang berpartisipasi dalam
proses pembuatan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau
dikonsumsi. Mereka mengatur jalur produk atau jasa berikut setelah produksi,
yang berpuncak pada pembelian dan konsumsi oleh pengguna akhir akhir. Sebuah
sistem jalur pemasaran adalah himpunan tertentu dari jalur pemasaran yang
sebuah perusahaan pekerjakan, dan keputusan tentang hal itu adalah salah satu
bagian yang paling penting dari manajemen. Jalur – jalur yang dipilih
mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran lainnya.
Perusahaan-perusahaan
sukses sekarang ini biasanya menggunakan jalur hibrida dan pemasaran
multichannel (Umut Konuş at al. 7:2011), melipatgandakan jumlah jalur ke pasar
di dalam satu area pasar. Saluran hibrida atau pemasaran multichannel terjadi
ketika satu perusahaan menggunakan saluran pemasaran dua buah lebih untuk
mencapai segmen pelanggan. Dalam pemasaran multichannel, setiap target saluran
segmen yang berbeda dari pembeli, atau menetapkan kebutuhan yang berbeda untuk
satu pembeli, dan memberikan produk yang tepat di tempat yang tepat, di tempat
yang tepat dengan cara yang benar dengan biaya yang sedikit. Perusahaan yang mengelola saluran
hibrida jelas harus memastikan jalur mereka bekerja sama dengan baik dan cocok
dengan cara yang lebih disukai setiap target pelanggan dalam melakukan bisnis.
Pelanggan
mengharapkan integrasi jalur, yang memungkinkan mereka untuk:
1.
Memesan secara online produk dan mengambilnya
pada lokasi ritel yang nyaman
2.
Mengembalikan produk yang dipesan secara
online ke toko terdekat dari pengecer
3.
Menerima diskon dan promosi berdasarkan pada
total pembelian online dan offline
Gambar 2 Empirical data dari jalur hibrid (Teltzrow et al,
25:2007)
Menyusun tujuan dan batasan
1.
Seorang tenaga pemasaran harus menetapkan
tujuan dari jalur dalam masa dari tingkat output layanan dan penyesuaian biaya
dan tingkat dukungan. Meminimalisasi biaya tentu bertolak belakang dengan
tingkat layanan yang di inginkan. (Louis P Bucklin dkk, 1966)
2.
Tujuan dari jalur pemasaran berbeda untuk
setiap karakteristik produk.
3.
Seorang tenaga pemasaran harus menyesuaikan
tujuan dari jalur pemasarannya dengan lingkungan yang lebih besar.
Mengidentifikasi alternatif jalur pemasaran utama
Setiap
jalur pemasaran dari A ke Z memiliki kekuatan dan kelemahan. Tekanan penjualan
dapat menyelesaikan produk dan transaksi
yang kompleks, tetapi pilihan itu mahal. Internet tidak mahal tetapi tidak
efektif untuk jenis produk yang kompleks (Rossenbloom dalam Wren, 79:2007).
Distributor dapat menciptakan penjualan, tetapi perusahaan bisa kehilangan
kontak dengan pelanggan.
Alternatif
jalur dapat dibedakan dalam 3 (tiga) cara:
a.
Tipe perantara
Terkadang sebuah perusahaan memilih
sebuah jalur baru / tak konvensional karena kesulitan tertentu, biaya atau
ketidakefektifan yang berlaku pada jalur yang dominan
b.
Jumlah perantara
Terdapat 3 strategi berdasarkan jumlah
perantara
1.
Distribusi ekslusif
Hanya terdapat sejumlah perantara yang terbatas
2.
Distribusi selektif
Terdapat hanya beberapa perantara dalam menawarkan sebuah produk
baik barang lama maupun baru. Perusahaan tidak perlu khawatir tentang memiliki
begitu banyak outlet. Hal itu bisa di raih dengan control dan biaya yang lebih
kecil dari distribusi intensif
3.
Distribusi intensif
Menempatkan barang dan jasa di sebanyak mungkin outlet. Strategi
ini baik untuk makanan, minuman, koran, permen atau barang – barang yang sering
orang beli di manapun tempatnya. Contohnya seperti keberadaan Alfa mart, Indo
mart, Pom bensin dll.
c.
Hubungan dan tanggung jawab anggota jalur
Setiap anggota jalur harus
memperlakukan dengan baik dan memberikan kesempatan untuk menguntungkan. Elemen
utamanya adalah:
1.
Kebijakan harga, menentukan daftar harga dan
waktu pemberian diskon
2.
Kondisi penjualan, tergantung pada masa
pembayaran dan garansi pembuat
3.
Hak distribusi wilayah, memberikan kejelasan
hak wilayah distribusi
4.
Hubungan antara pelayanan dan tanggung jawab,
kita harus hati – hati dalam pelayanan terutama pada franchise dan jalur
penjualan ekslusif.
Mengevaluasi jalur alternatif utama
Setiap
jalur alternatif harus di evaluasi berdasarkan kriteria ekonomi serta kriteria
kontrol dan penyesuaian. Berdasarkan kriteria ekonomi: a) perhitungkan berapa
banyak penjual pada setiap alternatif yang akan di generalisas; b) perhitungkan
biaya dari perbedaan volume penjualan untuk setiap jalur. Melibatkan sebuah agensi penjualan lebih
murah dari pada membangun sebuah kantor perusahaan penjualan yang baru; c)
perbandingkan antara penjualan dan biaya. Agen penjualan di maksudkan untuk
perusahaan kecil, atau perusahaan besar pada wilayah kecil dengan volume
penjualan yang rendah.
Pada
kiteria control dan penyesuaian terdapat 2 (dua) kriteria: a) penggunaan agen
penjualan dapat memperlihatkan masalah kontrol; b) anggota harus berkomitmen
terhadap satu sama lain untuk periode tertentu.
Managerial Impact:
Bukan
hal yang mudah untuk menerapkan strategi manajemen yang umumnya dilakukan
perusahaan bisnis kedalam organisasi publik seperti madrasah (Stern and Reve
1980; Dwyer and Oh 1988; and Reukert, Walker, and Roering 1985 dalam Wren,
80:2007), tetapi penerapan yang sempit tadi setidaknya bisa dilakukan pada:
1.
Menjadikan / memastikan bahwa mempertahankan
konsumen yang telah ada di madrasah.
Jika memperhatikan jumlah siswa MTsN
Pasirjambu kelas 7 yang setiap tahun selalu di atas 4 kelas paralel dengan
kapasitas 42 orang siswa dan kelas 9 hanya 4 kelas paralel dengan kapasitas 30
orang siswa, maka bisa kita ambil kesimpulan sementara bahwa siswa sebagai
pelanggan dari layanan jasa pendidikan yang diberikan oleh madrasah merasa
tidak puas. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti: guru, layanan
administrasi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, biaya pendidikan
dan beberapa faktor turunannya.
Pilihan ini membuat pihak madrasah
harus menampilkan performa yang baik kepada siswa, orang tua siswa dan
masyarakat Pasirjambu pada umumnya. Oleh karena itu ada 3 jalur yang tersedia. a)
Jalur siswa, siswa di berikan pelayanan pendidikan yang baik sesuai
faktor-faktor kepuasan siswa diantaranya guru yang kompeten mengajar sesuai
dengan bidang keahlian masing – masing, tenaga kependidikan yang responsif dan
ketersediaan bahan dan peralatan pembelajaran yang memadai. b) Pada jalur orang
tua siswa, dibuatkan media yang layak untuk memudahkan orang tua dalam
memonitor perkembangan putra – putrinya. Alternatif yang paling mudah untuk
implementasi jalur ini adalah menggunakan jejaring sosial yang pamiliar
sekalipun bagi masyarakat Pasirjambu – Ciwidey. c) Sedangkan pada jalur
masyarakat di gunakan strategi yang sama dengan jalur orang tua siswa.
2.
Hanya menarik konsumen baru bagi kelas 7
Pilihan ini di ambil karena kecilnya
segmen yang diperebutkan oleh lembaga lain yang sejenis (Davis, et al dalam
Wren, 83:2007). Sehingga lebih visible jika hanya mengacu pada calon siswa
kelas 7 saja. Jalur yang bisa di tempuh adalah:
a.
Jalur langsung. Ada dua strategi yang bisa
diterapkan: pertama dengan mengandalkan penyebaran brosur – brosur kepada siswa
kelas 6 sekolah dasar. Walaupun strategi ini tidak terlalu ampuh, karena juga
dilakukan oleh sekolah lain. Strategi ini tetap harus di lakukan agar
setidak-tidaknya keberadaan MTsN Pasirjambu terdokumentasi dengan baik ditangan
para siswa. Strategi berikutnya dengan
membuat kegiatan –kegiatan ekstrakulikuker yang melibatkan sebanyak-banyaknya
siswa sekolah dasar. Cara ini relatif tepat bagi siswa pada usia sekolah dasar,
karena biasanya siswa lebih sering mencari sekolah yang dianggap “berprestasi”.
Dalam asumsi masyarakat umum sekolah yang berprestasi lebih banyak bermakna
sekolah yang memiliki kegiatan ekstrakulikuler yang relatif beragam.
b.
Jalur tidak langsung. Guru sekolah dasar
relatif memiliki andil yang besar dalam mengarahkan kelanjutan sekolah
siswanya. Pada era ketika sekolah semuanya gratis pada jenjang pendidikan
SMP/MTs maka faktor konsumen harga tidak berlaku. Pada sisi inilah guru sekolah
dasar bisa diajak bekerja sama dengan kompensasi tertentu untuk mengarahkan
siswanya melanjutkan sekolah ke MTsN Pasirjambu. Kekhasan yang hendak di usung
adalah sekolah menangah pertama islam terpadu (SMP IT). Jadi para guru sekolah
dasar mempromosikan MTsN Pasirjambu sebagai SMP dengan kelebihan plus
pendidikan agama. Strategi ini di gunakan karena istilah madrasah kurang
menjual dibandingkan dengan istilah SMP Plus atau SMP IT yang biasa digunakan
oleh SMP – SMP di bawah kementerian pendidikan nasional.
c.
Jalur jejaring sosial. Memuncaknya penggunaan
jejaring sosial masih kuat di wilayah bandung selatan (Pasirjambu – Ciwidey).
Sehingga alternatif ini bisa dilaksanakan dan bisa cepat di implementasikan
karena juga berbiaya murah. Keberadaan dan jenis pelayanan yang di tawarkan
MTsN Pasirjambu bisa ditawarkan secara interaktif dan realtime. Cara ini bisa
berlaku sama efektifnya antara untuk siswa, orang tua siswa maupun masyarakat
Pasirjambu – Ciwidey pada umumnya.
Conclution:
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapatlah kita katakan bahwa marketing channels di perlukan
dalam mengembangkan madrasah, khususnya dalam meningkatkan kuantitas madrasah
secara kelembagaan maupun kuantitas siswa di madrasah. Dalam pengembangan
design marketing channels penulis menyarankan penggunaan integrated marketing
channels dengan penekanan pada hybrid channel sebagai major channel. Hal ini di
pilih dengan asumsi rendahnya biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan jalur
lain. Sedangkan jalur lain yang telah dijelaskan akan menjadi minor channel.
Tetapi semua channel haruslah dibangun dalam sebuah system jalur yang
terintegrasi.
References:
Brent M.
Wren, Channel Structure and strategic choice in distribution channels:Journal
of Management Research vol 7, No 2 Aug 2007 PP 78 - 86
Carter, E.
Vincent. 2011. Complete the Circle of Marketing Channels Planning: Strategies
for Private, Public, and Personal Markets. The CSUB Business.
Eva Zhoriva
Yusuf, Lesley Williams, Manajemen Pemasaran, Seri Manajemen Pemasaran No. 16:
Jakarta PPM, 2007.
Jacquelyn S.
Thomas and Ursula Y. Sullivan, Managing marketing comunications with
multichannel customers: Journal of Marketing vol 69 (okt 2005) PP 239 - 251
Kotler and
Keller, Marketing Management, 14th ed: Parson, 2012. PP 436 - 464
Maximilian Teltzrow,
Bertolt Meyer and Hans J. Lenz, Multi-channel consumer perceptions: Journal of
Electronic Commerce Research Vol 8, No 1 2007 PP 18 – 31
Umut Konuş, Scott A. Neslin and Peter C.
Verhoef. 2010. The Effect of Search Channel Elimination on Purchase Incidence,
Order Size and Channel Choice. EMAC Conference in Copenhagen 2010.
yes.. dapet contohnya nih buat bahan riset.. makasih pak.. ;)
BalasHapusSip lah... baca lebih banyak: 5 buku, 5 jurnal ya
BalasHapus