Program Doktor Ilmu Manajemen kons Manajemen Keuangan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI
darmawanmpa@windowslive.com
Tingkat
kepentingan kurs secara sederhana bisa di gambarkan sebagai berikut: foreign trade involves the use of different
national currencies. The foreign exchange rate is the price of one currency in
term of another currency. The foreign exchange rate is determined in the
foreign exchange market, which is the market where different currencies are
traded. (Samuelson – Nordhaus, 1998
: 677). Jadi kurs menjadi pokok pembicaraan penting karena perdagangan luar
negeri melibatkan penggunaan mata uang negara yang berbeda. Kurs valuta asing
adalah harga dari sebuah mata uang terhadap mata uang lain pada waktu tertentu.
Tingkat kurs mata uang menetapkan pasar perdagangan luar negeri, yaitu pasar dengan
mata uang yang berbeda diperdagangkan.
Pentingnya
sistem keuangan internasional dijelaskan oleh ekonom Robert Solomon (1977: 1,7):
Like the traffic light in a city, the
international monetary system is taken for granted until it begin to
malfunctioning and to disrupt people’s live…. A well-functioning monetary
system will facilitate international trade and investment and smooth adaptation
to change. A monetary system that functions poorly may not only discourage the
development of trade and investment among nations but subject their economies
to disruptive shocks when necessary adjustment to change are prevented or
delayed. Menurut Solomon, seperti halnya lampu lalu lintas, sistem keuangan
internasional mengambil dana sampai terjadi tidak berfungsi dan merusaknya pada
kehidupan masyarakat. Sistem keuangan yang baik akan memfasilitasi perdagangan
internasional dan investasi serta menghaluskan adaptasi perubahan. Sebuah
sistem keuangan yang berfungsi kurang baik mungkin tidak hanya mengecilkan
perkembangan dari perdagangan dan investasi dari sebuah negara tetapi akan
mengacaukan perekonomian pokok ketika penyesuaian yang diperlukan untuk berubah
tersedia atau setidaknya memperlambat. Jadi elemen sentral dari sistem keuangan
internasional melibatkan pengaturan di mana kurs valuta sebagai bagiannya.
Menurut
Faisal Basri (2002: 22) Agenda terpenting adalah memahami sejernih-jernihnya
kecenderungan yang terjadi pada sistem keuangan global. Keadaan sekarang ini
tidak bisa ditoleransi lagi. Betapa tidak, transaksi valuta asing di seluruh
dunia telah mencapai lebih dari US$ 1 triliun sehari. Dalam 12 tahun terakhir
nilai transaksi valuta asing meningkat dramatis, jauh melampaui transaksi
barang. Dalam keadaan seperti ini, negara – negara akan berada pada posisi yang
sangat rentan.
Dalam
50 memorandum of economic and financial
policies (MEFP) yang wajib dilaksanakan oleh negara yang bermaksud menjaga
stabilitas kursnya. Hampir seluruh butir harus dilaksanakan secepatnya.
Banyaknya kata immediately bermakna
jelas getting the prices right.
Artinya harga yang terbentuk di pasar untuk segala barang dan jasa harus
mencerminkan nilai kelangkaan yang sebenarnya, sehingga proses pembentukan
harga terbebas dari berbagai macam distorsi.
Pengalaman
Indonesia menunjukkan bahwa tingkat stabilitas mata uang rupiah merupakan
variabel yang paling sensitif terhadap akar permasalahan utama yang menghadang
gerak maju perekonomian Indonesia. Maka tidak heran jika hingga sekarang ini
nilai tukar rupiah merupakan variabel yang paling menjadi pusat perhatian
(Faisal Basri: 2002). Pertanyaan yang mucul kemudian adalah faktor apa saja
yang menyebabkan instabilitas kurs mata uang Rupiah? Faktor apa saja yang
mempengaruhinya?
Almizan Ulfa (2003 : 21 - 44) dalam
penelitiannya menemukan bahwa Stabilitas kurs (exchange rates) selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
nonekonomi. Peran faktor non-ekonomi ini seperti kredibilitas suatu rezim yang
sedang berkuasa dalam banyak kasus sangat menentukan. Penelitiannya ini mencoba
membuat analisis komparatif stabilitas kurs rupiah dalam perspektif masa
pemerintahan Presiden Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Hasil analisis dengan
motode range dan koefisien variasi
menunjukan bahwa Presiden Habibie paling berhasil mengangkat keterpurukan
rupiah dan Presiden Megawati paling berhasil mempertahankan stabilitas kurs
rupiah.
Penelitian Didi Nuryadin dan Bagus
Santoso (2004 : 273-296) menunjukkan bahwa, Konsistensi yang dipenuhi oleh
variabel perbedaan jumlah uang beredar (DLM) dan perbedaan pendapatan nasional
(DLY). Variabel tingkat suku bunga menunjukkan arah yang berbeda pada kedua
model, pada model neraca pem bayaran
tingkat suku bunga memberikan tekanan negatif terhadap nilai tukar dan pada
model moneter sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan karena tingginya perbedaan tingkat suku bunga akan
menyebabkan aliran modal masuk dengan disertai apresiasi mata uang domestik
berlaku. Di sisi lain suku bunga domestik yang tinggi sering mencerminkan
tingginya harapan inflasi di negara tersebut, karena itu mengakibatkan
depresiasi mata uang domestik.
Menurut Sugeng dkk (2010 : 312 –
355) dalam penelitiannya, nilai tukar memengaruhi perkembangan harga dan output
perekonomian.Pengaruh nilai tukar pada harga pada first round effect - yaitu
dari nilai tukar ke harga impor - relatif kuat dan signifikan, namun pada
second round effect-nya ke harga konsumen lebih terbatas. Pengaruh nilai tukar
ke ekspor dan impor hanya signifikan di jangka pendek dengan pengaruh yang
lebih signifikan ke impor. Ekspor dan impor selanjutnya berpengaruh terhadap
output perekonomian. Selain itu dampak asimetrik nilai tukar juga terjadi di
dalam perekonomian. Dampak depresiasi nilai tukar lebih besar dibandingkan
dampak apresiasi terutama dampak langsung terhadap ekspor dan impor. Perbedaan
ini menimbulkan akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda.
Berdasarkan paparan tersebut bisa
di simpulkan bahwa kurs mata uang merupakan persoalan penting dalam
perekonomian negara. Stabilitas kurs mata uang rupiah sangat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak hal yang mempengaruhi stabilitas kurs
mata uang rupiah seperti stabilitas keuangan regional, perdagangan regional,
dan tingkat investasi. Untuk memberikan nilai tambah topik bahasan stabilitas
kurs mata uang rupiah sebelumnya, tulisan – tulisan saya berikutnya akan lebih
difokuskan pada dampak manajemen pengeluaran pemerintah terhadap inflasi dan
implikasinya terhadap stabilitas kurs mata uang rupiah. Untuk kelengkapan
analisis, dilakukan analisa jalur untuk memahami hubungan masing – masing jalur
dan analisa time series untuk
memberikan pemahaman yang cukup terhadap forecasting
masing – masing series. Analisa
selanjutnya diarahkan pada besaran pengeluaran pemerintah pada triwulan
terakhir. Data yang diambil adalah data dari tahun 2005 – 2011 dengan asumsi
ketersedian data keuangan pemerintah mulai tersedia dengan baik sejak
diterapkannya sistem akuntansi pemerintah pada tahun 2005.
Semoga tulisan berikutnya akan
segera menyusul dengan analisa yang baik, baik secara administrasi negara,
ekonomi pembangunan maupun dalam lingkup ilmu manajemen keuangan negara. Amien.
mana daftar pustakanya?
BalasHapus