Sabtu, 01 Februari 2014

Kenapa Tasikmalaya?

Kota Tasikmalaya berdiri persis ketika pasangan Iing Soegandar dan Ardianingsih melahirkan putra bungsunya: Darmawan, pada tahun 1976 lalu. Pada masa A. Bunyamin, Bupati Tasikmalaya periode tahun 1976 – 1981. Pada saat itu melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 diresmikanlah Kota Administratif Tasikmalaya oleh Menteri Dalam Negeri yang pada waktu itu dijabat oleh H. Amir Machmud. Walikota Administratif pertama adalah Drs. H. Oman Roosman, yang dilantik oleh Gubernur Jawa barat, H. Aang Kunaefi.
Kota Tasikmalaya, adalah kota yang sedang tumbuh sangat pesat. Sebagai kota dengan taksiran hampir 70%, pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di priangan timur dan selatan berada di kota Ini. Tentu kota ini memegang peran dan kedudukan strategis. Sebagian besar masyakarat kota Tasikmlaya juga terus berbenah. Angka pertumbuhan peserta didik dari Tasikmalaya yang melanjutkan pendidikan tinggi baik S1, S2 dan S3 pun semakin meningkat dan menyebar ke seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia bahkan ke luar negeri. Tetapi sedikit sekali putra daerah ini yang kembali ke tanah kelahirannya, membangun kota Tasikmalaya. Padahal dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman sebagai produk kota ini, mereka tentunya sangat paham kekurangan dan kelebihan dirinya yang merupakan hasil daya dan upaya pemerintah kota membangun rakyatnya. Sebagai orang yang pernah lahir, belajar dari jenjang TK-SD-SMP-SMA di kota Tasikmalaya tentunya mereka paham apa kekurangan dan kelebihan kota ini dari sisi bidang keilmuan mereka. Bekal ini tentu lebih dari cukup bila mereka berkenan pulang, dan membangun kota yang telah membesarkan mereka. Kesadaran dan keinsyafan akan kewajiban berbakti ini lah yang belum banyak tumbuh dan berkembang. Alih-alih berpikir dan bersumbangsih untuk kota kelahirannya, banyak putra daerah yang lebih fokus dan mengembangkan diri di kota-kota lain di seluruh Indonesia dan dunia. Jikapun pulang ke Tasikmalaya... paling hanya setahun sekali pada saat hari raya.. itupun jika kedua orang tua masih hidup. Ketika mereka meninggal dunia, putuslah sudah hubungan  dengan kota Tasikmalaya yang telah menghibahkan dirinya untuk tempat kita minum, makan dan tumbuh besar dalam masa kecil kita yang menyenangkan itu.
Pola pikir anak-anak muda, tentu akan diharapkan lebih memperkokoh, memperkuat dan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan kota Tasikmalaya yang lebih Religius, Sejahtera dan Berkesinambungan. Ceklah para  Walikota Administratif Tasikmalaya, dari terbentuknya Kota Administratif sampai menjelang terbentuknya Pemerintah Kota Tasikmalaya: Oman Roesman (1976-1985); Yeng Ds. Partawinata (1985-1989); R. Y. Wahyu (1989-1992); Erdhi Hardhiana (1992-1999);  Bubun Bunyamin (1999-2007);  Syarif Hidayat (2007-2012); Drs. H. Budi Budiman (2012-2017). Anak muda di Tasikmalaya masih dipandang anak-bawang, pelengkap. Dan dianggap belum waktunya, padahal dunia bergerak dengan begitu cepat. Dan semestinya, anak muda lah yang paling mungkin untuk mampu mengantisifasinya. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang selama ini kita kejar, kita kumpulkan dengan susah payah bertahun-tahun semenjak meninggalkan bangku SMA di Tasikmalaya, mungkin inilah saatnya kita kembali. Dan mulai berbakti, untuk setidaknya mampu berkata: "Kita lahir, pernah minum air Tasikmalaya, pernah makan makanan yang tumbuh dan hidup di Tasikmalaya, pernah menikmati sekolah dan bermain dimasa kecil di Tasikmalaya, dan kita pun pernah berbakti di kota Tasikmalaya setelah kita memiliki pengetahuan yang cukup, yang kita kejar bertahun setelah meninggalkan kota Tasikmalaya, setidaknya kita bisa berkata, KITA PERNAH!"