Judul yang paling tepat mungkin "menentukan ukuran sampel lagi"
bukan apa-apa, karena abah ada yang nanya bagaimana menentukan sampel
lagi, abah mencari tahu apa rumus paling populer dari "rumus menentukan
sampel" di Indonesia. Ternyata
dimenangkan oleh "Rumus Isaac & Michael" rumus ini dirujuk oleh
salah satu buku metodologi penelitian, selanjutnya menjadi rujukan
ribuan tulisan di internet (dan mungkin jutaan
skripsi/tesis/disertasi?).
Abah jadi penasaran.. yang katanya rumus Isaac & Michael rasanya ada yang salah (hehehe sok tau nih abah ) :
1. Cara menamai rumus ini juga kurang tepat, karena ternyata Isaac
& Michael (dalam bukunya Isaac S. and Michael W.B. (1983)
Handbook in research and evaluation, EDITS publishers, California)
hanyalah mencuplik rumus milik KREJCIE & MORGAN dari sebuah jurnal
pendidikan (1970: 607-610)
2. Ada Nilai yang tidak tepat digunakan
untuk P yang selalu = 0,5. Padahal proporsi ini sangat tergantung pada
banyaknya pilihan. Contoh yang diberikan Isaac & Michael adalah
untuk alternatif jawaban Yes dan No saja. Jadi sangat sederhana bagi
mereka yang menggunakan Skala likert Pnya menjadi 0,2.
3. Adopsi
tabel Isaac & Michael juga terlalu hantam kromo oleh para mahasiswa
kita (baik jenjang S1 s.d S3), bisa dicek silahkan beberapa karya tulis
kita yang menggunakan "rumus Isaac & Michael". Kenapa? karena
lagi-lagi karena asumsinya adalah proporsi 0,5
4. Satu lagi
(walaupun abah masih ragu dan harus banyak kukurusuk lagi membaca buku
di perpustakaan) Dalam hal adopsi chi kuadrat ini, kita juga patut
mempertimbangankan nilai λ^2 yang 3,841, karena adanya faktor DK
(degree of Freedom). Bukan apa-apa DK = 1 juga menurut penulisnya adalah
asumsi. Jadi mungkin kita harus memahami lebih dalam persoalan λ ini???
Yang jadi masalah, rumus dan tabel ini telah menjadi pilihan banyak
orang dalam menulis skripsi, tesis dan disertasinya. wah...???
Tampilkan postingan dengan label Tentang Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Penelitian. Tampilkan semua postingan
Rabu, 31 Juli 2013
Senin, 03 Juni 2013
Memilih Metode?! : Kesalahan Mendasar again...
Ini mah sekedar saran ya... jangan terlalu didengerin :
1. Jangan sekali-kali menentukan metode penelitian "karena Lajimnya seperti itu"; "karena di sini mah budayanya seperti itu" dll dst
2. Jangan menghindari sebuah metode penelitian hanya karena "kata orang susah"; "kata orang harus pinter statsitik" dll dst
Sehingga lucu juga ketika kita menemukan ada sebuah perguruan tinggi yang karya tulis mahasiswanya cuma kuantitatif melulu atau kualitatif melulu.
Sehingga, akan lebih layak jika orang bertanya: "Kenapa menggunakan metode 'anu' kang?", maka kita jawab "karena phenomena yang sedang saya teliti, secara teoritis dan empiris mengharuskan saya untuk menggunakan metode 'anu'".
Kemudian, burudul lah di uraikan alasannya secara sederhana di latar belakang. Sehingga pembaca memiliki gambaran umum. Burudul lah di uraikan di Kajian Literatur, road map penelitian sebelumnya dengan berbagai metoda yang digunakan untuk phenomena yang sama. Dan terakhir, burudullah dijelaskan pada bagian Metodologi, bagai mana prosedur metodologi yang kita pilih itu.
TETAPI! INGAT INI MAH PENTING! TETAPI! Jika dosen-supervisor anda mengatakan anda harus menggunakan metode tertentu, yah karena kita mah kuliah itu terpenjara oleh target waktu selesai. Dan mungkin kemampuan-pengalaman-pengetahuan meneliti yang masih kurang.... Yah ikuti saja keinginan beliau. YANG PENTING KULIAH SELESAI hehe Nah nanti kalau sudah selesai.... eng-ing-eng... pupuklah idealisme, menulis-meneliti sebanyak-banyaknya... bawa ke berbagai seminar tulisan kita teh. Jangan jago kandang atau sekedar berhadapan dengan pembaca yang pasif. Nah, disanalah kita akan diuji dengan lebih pair. Mungkin juga kan pendapat kita yang keukeuh peuteukeuh kita pertahankan selama ini teh ternyata salah? Sebagai pembelajar yang baik, akui! perbaiki, dan menulis lagi!
Salam Hangat,
Abah.Dr-
PS:
1. Jangan sekali-kali menentukan metode penelitian "karena Lajimnya seperti itu"; "karena di sini mah budayanya seperti itu" dll dst
2. Jangan menghindari sebuah metode penelitian hanya karena "kata orang susah"; "kata orang harus pinter statsitik" dll dst
Sehingga lucu juga ketika kita menemukan ada sebuah perguruan tinggi yang karya tulis mahasiswanya cuma kuantitatif melulu atau kualitatif melulu.
Sehingga, akan lebih layak jika orang bertanya: "Kenapa menggunakan metode 'anu' kang?", maka kita jawab "karena phenomena yang sedang saya teliti, secara teoritis dan empiris mengharuskan saya untuk menggunakan metode 'anu'".
Kemudian, burudul lah di uraikan alasannya secara sederhana di latar belakang. Sehingga pembaca memiliki gambaran umum. Burudul lah di uraikan di Kajian Literatur, road map penelitian sebelumnya dengan berbagai metoda yang digunakan untuk phenomena yang sama. Dan terakhir, burudullah dijelaskan pada bagian Metodologi, bagai mana prosedur metodologi yang kita pilih itu.
TETAPI! INGAT INI MAH PENTING! TETAPI! Jika dosen-supervisor anda mengatakan anda harus menggunakan metode tertentu, yah karena kita mah kuliah itu terpenjara oleh target waktu selesai. Dan mungkin kemampuan-pengalaman-pengetahuan meneliti yang masih kurang.... Yah ikuti saja keinginan beliau. YANG PENTING KULIAH SELESAI hehe Nah nanti kalau sudah selesai.... eng-ing-eng... pupuklah idealisme, menulis-meneliti sebanyak-banyaknya... bawa ke berbagai seminar tulisan kita teh. Jangan jago kandang atau sekedar berhadapan dengan pembaca yang pasif. Nah, disanalah kita akan diuji dengan lebih pair. Mungkin juga kan pendapat kita yang keukeuh peuteukeuh kita pertahankan selama ini teh ternyata salah? Sebagai pembelajar yang baik, akui! perbaiki, dan menulis lagi!
Salam Hangat,
Abah.Dr-
PS:
- Sebagai gambaran maksudnya memahami prosedur Matematis, bagus kalau ada waktu luang membaca yang berikut. (ngga bener-bener amat sih hahaha tapi yah sekedar jalan menuju paham lah... )http://www.scribd.com/doc/114541815/Prosedur-Matematis-pada-Analisa-Jalur
Kelemahan menggunakan SPSS semata-mata meng-klak-klik mengikuti prosedur mengakibatkan kita tidak memahami makna dan hasil dari outputnya sehingga ketika kita dihadapkan pada persoalan-persoalan yang di contohkan di http://id.scribd.com/doc/119767550/CONTOH-ANALISIS-FAKTOR-DAN-ANALISIS-JALUR
kita tidak mampu menjawabnya.
Jadi alangkah baiknya jika prosedur matematisnya juga dipahami
Minggu, 12 Mei 2013
Memahami makna dan posisi Kesederhanaan dan Kompleksitas dalam Metode dan Model Berpikir
Background:
Bagi banyak orang, pertanyaan “Untuk apa berfilsafat?” menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu “Apa manfaat filsafat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri?” Ada sebuah pertanyaan yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum. Perubahan sistem nilai atau pun pandangan-dunia kita itu dapat mengubah perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau sekedar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan saja, bukan tujuan yang spesifik dari kajian filsafat.
Pertanyaanya kemudian adalah apakah dalam upaya mencari hakikat tersebut dalam perkuliahan filsafat management yang diampu oleh Prof. Sanusi merubah keyakinan-keyakinan dasar dalam berpikir penulis? Karena jika perubahan itu tidak terjadi maka, penulis gagal dalam mencapai tujuan belajar (Upi Suprayogi, 155:2007). Penulis gagal mereduksi setiap kalimat yang dilontarkan dalam diskusi perkuliahan, berarti penulis gagal dalam mengeleminir pengetahuan-pengetahuan yang tidak esensi mencapai hakikat berfilsafat!
Aims:
Makalah ini bertujuan untuk melakukan otokritik terhadap penulis dalam perkuliahan filsafat management yang diampu oleh Prof. Sanusi. Sehingga menjadi cukup dasar alasan atas asumsi-asumsi yang ingin di bentuk dalam pola pikir penulis. Kesimpulan–kesimpulan ini menjadi penting bagi penulis dan bahkan bagi mahasiswa penulis, sehingga penulis memahami betul kebutuhan dari mahasiswa yang sedang menjadi pembelajar di kelas–kelas yang penulis ampu (seperti ide: Barliana Kartakusumah, 78:2006).
Potential Impact:
Bagi penulis:
Tampaknya diskusi ini, menjadi base on thinking more deeply terhadap pemahaman yang dilakukan dalam cara, metode, model, prilaku dari berpikir. Pada diskusi ini lah kemudian penulis mengintegrasikan semua ide dan pemikiran selama ini dalam sebuah makalah yang lebih terstruktur sehingga orang nantinya bisa lebih memahami cara dan hasil berpikir penulis. Penulis kemudian memahami posisi yang untuk sementara pihak yang hanya mendengar paparan seakan-akan yang vis-a-vis dengan pendapat umum di kelas. Seakan–akan mengahadapkan kesedarhanaan dan kompleksitas berpikir. Disinilah kemudian timbul pemikiran untuk lebih menggali lagi kemampuan untuk mengkomunikasikan ide, sehingga orang / khalayak bisa lebih memahami cara dan hasil berpikir dari penulis, sehingga berpikir dan hasilnya kemudian tidaklah menjadi sebuah kesia-sian.
Pada diskusi ini pula akhirnya penulis memiliki perspektif baru, reposisi dari kesederhanaan dan kompleksitas berpikir. Yang kemudian penulis terapkan dalam disertasi penulis. Berdasarkan hasil berpikir, berdiskusi penulis berkesimpulan bahwa masalah itu sederhana, penyelesaiannya pun sederhana, sedangkan kompleksitas sendiri berada di antaranya. Kompleksitas adalah kerangka berpikir, seperti yang telah penulis tulis pada makalah sebelumnya. Tetapi persisnya lokasi kompleksitas dalam sebuah pemecahan masalah adalah pada variabel Y0 - Yi sedangkan kesederhanaan tergambar pada posisi variabel X dan Z maupun Z0 - Zε. Sehingga seharusnya kesederhanaan dan kompleksitas adalah harmoni yang saling melengkapi dalam metode, proses, dan hasil berpikir. Seperti yang penulis aplikasikan dalam model penelitian disertasi penulis berikut:

Bagi pembelajar lain:
Dalam persepsi penulis, pencarian hakikat yang kemudian menemukan pemikiran dan ide-ide baru sebagai tujuan dari berfilsafat tampaknya belum tampak pada banyak pembelajar yang lain. Metoda copy-faste baik dari sisi ide/ tema maupun penulisan makalah secara umum tampaknya masih menjadi tren. Sehingga makalah filsafat yang seharusnya menjadi medan kumpulan pergumulan para penulisnya, menjadi absurt. Tampaknya kebanyakan pembelajar hanya berhasil men-captures ide dan pemikiran pergumulan berpikir orang lain. Sehingga secara pribadi penulis memandang ke-baru-an yang menimbulkan diskusi bahkan berdebat dalam ide-ide filsafat belum lahir. Apalagi kalau kita ingin menohok dengan lebih keras pada “filsafat management”.
Tentu saja tanggapan ini sangat subjektif. Dengan segala kerendahan hati itu diakui, tetapi bukankah ini sebuah otokritik terhadap kegiatan yang kita lakukan (Budi Hardiman dalam Tempo, 173:2006). Dan bukankah otokritik itu memang bermakna memandang objek seobjektif mungkin dalam kerangka subjektif?
Conclution:
Kesimpulan besar dalam perkuliahan ini yang didapatkan adalah
References:
Upi Suprayogi. 2007. Pendidikan Usia Lanjut. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 4, Pendidikan Lintas Bidang. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Imperial Bakti Utama.
Barliana Kartakusumah. 2006. Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpinan Kontemporer. Mizan Publika.
Sonny Keraf. 1998. Etika Bisnis: Tujuan dan Rlevansinya. Pustaka Filsafat. Kanisius
Tempo. 2006. Volume 35,Masalah 31-35 hal 173. Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya.
Bagi banyak orang, pertanyaan “Untuk apa berfilsafat?” menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu “Apa manfaat filsafat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri?” Ada sebuah pertanyaan yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum. Perubahan sistem nilai atau pun pandangan-dunia kita itu dapat mengubah perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau sekedar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan saja, bukan tujuan yang spesifik dari kajian filsafat.
Pertanyaanya kemudian adalah apakah dalam upaya mencari hakikat tersebut dalam perkuliahan filsafat management yang diampu oleh Prof. Sanusi merubah keyakinan-keyakinan dasar dalam berpikir penulis? Karena jika perubahan itu tidak terjadi maka, penulis gagal dalam mencapai tujuan belajar (Upi Suprayogi, 155:2007). Penulis gagal mereduksi setiap kalimat yang dilontarkan dalam diskusi perkuliahan, berarti penulis gagal dalam mengeleminir pengetahuan-pengetahuan yang tidak esensi mencapai hakikat berfilsafat!
Aims:
Makalah ini bertujuan untuk melakukan otokritik terhadap penulis dalam perkuliahan filsafat management yang diampu oleh Prof. Sanusi. Sehingga menjadi cukup dasar alasan atas asumsi-asumsi yang ingin di bentuk dalam pola pikir penulis. Kesimpulan–kesimpulan ini menjadi penting bagi penulis dan bahkan bagi mahasiswa penulis, sehingga penulis memahami betul kebutuhan dari mahasiswa yang sedang menjadi pembelajar di kelas–kelas yang penulis ampu (seperti ide: Barliana Kartakusumah, 78:2006).
Potential Impact:
Bagi penulis:
Tampaknya diskusi ini, menjadi base on thinking more deeply terhadap pemahaman yang dilakukan dalam cara, metode, model, prilaku dari berpikir. Pada diskusi ini lah kemudian penulis mengintegrasikan semua ide dan pemikiran selama ini dalam sebuah makalah yang lebih terstruktur sehingga orang nantinya bisa lebih memahami cara dan hasil berpikir penulis. Penulis kemudian memahami posisi yang untuk sementara pihak yang hanya mendengar paparan seakan-akan yang vis-a-vis dengan pendapat umum di kelas. Seakan–akan mengahadapkan kesedarhanaan dan kompleksitas berpikir. Disinilah kemudian timbul pemikiran untuk lebih menggali lagi kemampuan untuk mengkomunikasikan ide, sehingga orang / khalayak bisa lebih memahami cara dan hasil berpikir dari penulis, sehingga berpikir dan hasilnya kemudian tidaklah menjadi sebuah kesia-sian.
Pada diskusi ini pula akhirnya penulis memiliki perspektif baru, reposisi dari kesederhanaan dan kompleksitas berpikir. Yang kemudian penulis terapkan dalam disertasi penulis. Berdasarkan hasil berpikir, berdiskusi penulis berkesimpulan bahwa masalah itu sederhana, penyelesaiannya pun sederhana, sedangkan kompleksitas sendiri berada di antaranya. Kompleksitas adalah kerangka berpikir, seperti yang telah penulis tulis pada makalah sebelumnya. Tetapi persisnya lokasi kompleksitas dalam sebuah pemecahan masalah adalah pada variabel Y0 - Yi sedangkan kesederhanaan tergambar pada posisi variabel X dan Z maupun Z0 - Zε. Sehingga seharusnya kesederhanaan dan kompleksitas adalah harmoni yang saling melengkapi dalam metode, proses, dan hasil berpikir. Seperti yang penulis aplikasikan dalam model penelitian disertasi penulis berikut:

Bagi pembelajar lain:
Dalam persepsi penulis, pencarian hakikat yang kemudian menemukan pemikiran dan ide-ide baru sebagai tujuan dari berfilsafat tampaknya belum tampak pada banyak pembelajar yang lain. Metoda copy-faste baik dari sisi ide/ tema maupun penulisan makalah secara umum tampaknya masih menjadi tren. Sehingga makalah filsafat yang seharusnya menjadi medan kumpulan pergumulan para penulisnya, menjadi absurt. Tampaknya kebanyakan pembelajar hanya berhasil men-captures ide dan pemikiran pergumulan berpikir orang lain. Sehingga secara pribadi penulis memandang ke-baru-an yang menimbulkan diskusi bahkan berdebat dalam ide-ide filsafat belum lahir. Apalagi kalau kita ingin menohok dengan lebih keras pada “filsafat management”.
Tentu saja tanggapan ini sangat subjektif. Dengan segala kerendahan hati itu diakui, tetapi bukankah ini sebuah otokritik terhadap kegiatan yang kita lakukan (Budi Hardiman dalam Tempo, 173:2006). Dan bukankah otokritik itu memang bermakna memandang objek seobjektif mungkin dalam kerangka subjektif?
Conclution:
Kesimpulan besar dalam perkuliahan ini yang didapatkan adalah
- Tampaknya tetap perlu mahasiswa diarahkan pada diskusi/perdebatan filsafat yang lebih ke ranah filsafat management (Buck Rogers dan Robert L. Shook dalam Sonny Keraf, 252:1998). Sayang sekali penulis adalah pembicara pembuka, sehingga keputusan tema cara berpikir harus diambil. Sebelum memasuki management field yang lebih serius.
- Pemikiran efektifitas dan efesisensi dalam perkuliahan filsafat management, dari sisi penulis sendiri telah diraih pada sisi hasil. Tetapi harus di sadari bahwa kemampuan penulis dalam menyampaikan ide harus lebih dipertajam lagi. Belajar lagi. Lebih keras, sekeras-kerasnya.
References:
Upi Suprayogi. 2007. Pendidikan Usia Lanjut. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 4, Pendidikan Lintas Bidang. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Imperial Bakti Utama.
Barliana Kartakusumah. 2006. Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpinan Kontemporer. Mizan Publika.
Sonny Keraf. 1998. Etika Bisnis: Tujuan dan Rlevansinya. Pustaka Filsafat. Kanisius
Tempo. 2006. Volume 35,Masalah 31-35 hal 173. Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya.
Minggu, 03 Juni 2012
MEMAHAMI PENTINGNYA PERSOALAN STABILITAS KURS MATA UANG RUPIAH
Darmawan
Program Doktor Ilmu Manajemen kons Manajemen Keuangan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI
darmawanmpa@windowslive.com
Program Doktor Ilmu Manajemen kons Manajemen Keuangan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI
darmawanmpa@windowslive.com
Tingkat
kepentingan kurs secara sederhana bisa di gambarkan sebagai berikut: foreign trade involves the use of different
national currencies. The foreign exchange rate is the price of one currency in
term of another currency. The foreign exchange rate is determined in the
foreign exchange market, which is the market where different currencies are
traded. (Samuelson – Nordhaus, 1998
: 677). Jadi kurs menjadi pokok pembicaraan penting karena perdagangan luar
negeri melibatkan penggunaan mata uang negara yang berbeda. Kurs valuta asing
adalah harga dari sebuah mata uang terhadap mata uang lain pada waktu tertentu.
Tingkat kurs mata uang menetapkan pasar perdagangan luar negeri, yaitu pasar dengan
mata uang yang berbeda diperdagangkan.
Pentingnya
sistem keuangan internasional dijelaskan oleh ekonom Robert Solomon (1977: 1,7):
Like the traffic light in a city, the
international monetary system is taken for granted until it begin to
malfunctioning and to disrupt people’s live…. A well-functioning monetary
system will facilitate international trade and investment and smooth adaptation
to change. A monetary system that functions poorly may not only discourage the
development of trade and investment among nations but subject their economies
to disruptive shocks when necessary adjustment to change are prevented or
delayed. Menurut Solomon, seperti halnya lampu lalu lintas, sistem keuangan
internasional mengambil dana sampai terjadi tidak berfungsi dan merusaknya pada
kehidupan masyarakat. Sistem keuangan yang baik akan memfasilitasi perdagangan
internasional dan investasi serta menghaluskan adaptasi perubahan. Sebuah
sistem keuangan yang berfungsi kurang baik mungkin tidak hanya mengecilkan
perkembangan dari perdagangan dan investasi dari sebuah negara tetapi akan
mengacaukan perekonomian pokok ketika penyesuaian yang diperlukan untuk berubah
tersedia atau setidaknya memperlambat. Jadi elemen sentral dari sistem keuangan
internasional melibatkan pengaturan di mana kurs valuta sebagai bagiannya.
Menurut
Faisal Basri (2002: 22) Agenda terpenting adalah memahami sejernih-jernihnya
kecenderungan yang terjadi pada sistem keuangan global. Keadaan sekarang ini
tidak bisa ditoleransi lagi. Betapa tidak, transaksi valuta asing di seluruh
dunia telah mencapai lebih dari US$ 1 triliun sehari. Dalam 12 tahun terakhir
nilai transaksi valuta asing meningkat dramatis, jauh melampaui transaksi
barang. Dalam keadaan seperti ini, negara – negara akan berada pada posisi yang
sangat rentan.
Dalam
50 memorandum of economic and financial
policies (MEFP) yang wajib dilaksanakan oleh negara yang bermaksud menjaga
stabilitas kursnya. Hampir seluruh butir harus dilaksanakan secepatnya.
Banyaknya kata immediately bermakna
jelas getting the prices right.
Artinya harga yang terbentuk di pasar untuk segala barang dan jasa harus
mencerminkan nilai kelangkaan yang sebenarnya, sehingga proses pembentukan
harga terbebas dari berbagai macam distorsi.
Pengalaman
Indonesia menunjukkan bahwa tingkat stabilitas mata uang rupiah merupakan
variabel yang paling sensitif terhadap akar permasalahan utama yang menghadang
gerak maju perekonomian Indonesia. Maka tidak heran jika hingga sekarang ini
nilai tukar rupiah merupakan variabel yang paling menjadi pusat perhatian
(Faisal Basri: 2002). Pertanyaan yang mucul kemudian adalah faktor apa saja
yang menyebabkan instabilitas kurs mata uang Rupiah? Faktor apa saja yang
mempengaruhinya?
Almizan Ulfa (2003 : 21 - 44) dalam
penelitiannya menemukan bahwa Stabilitas kurs (exchange rates) selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
nonekonomi. Peran faktor non-ekonomi ini seperti kredibilitas suatu rezim yang
sedang berkuasa dalam banyak kasus sangat menentukan. Penelitiannya ini mencoba
membuat analisis komparatif stabilitas kurs rupiah dalam perspektif masa
pemerintahan Presiden Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Hasil analisis dengan
motode range dan koefisien variasi
menunjukan bahwa Presiden Habibie paling berhasil mengangkat keterpurukan
rupiah dan Presiden Megawati paling berhasil mempertahankan stabilitas kurs
rupiah.
Penelitian Didi Nuryadin dan Bagus
Santoso (2004 : 273-296) menunjukkan bahwa, Konsistensi yang dipenuhi oleh
variabel perbedaan jumlah uang beredar (DLM) dan perbedaan pendapatan nasional
(DLY). Variabel tingkat suku bunga menunjukkan arah yang berbeda pada kedua
model, pada model neraca pem bayaran
tingkat suku bunga memberikan tekanan negatif terhadap nilai tukar dan pada
model moneter sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan karena tingginya perbedaan tingkat suku bunga akan
menyebabkan aliran modal masuk dengan disertai apresiasi mata uang domestik
berlaku. Di sisi lain suku bunga domestik yang tinggi sering mencerminkan
tingginya harapan inflasi di negara tersebut, karena itu mengakibatkan
depresiasi mata uang domestik.
Menurut Sugeng dkk (2010 : 312 –
355) dalam penelitiannya, nilai tukar memengaruhi perkembangan harga dan output
perekonomian.Pengaruh nilai tukar pada harga pada first round effect - yaitu
dari nilai tukar ke harga impor - relatif kuat dan signifikan, namun pada
second round effect-nya ke harga konsumen lebih terbatas. Pengaruh nilai tukar
ke ekspor dan impor hanya signifikan di jangka pendek dengan pengaruh yang
lebih signifikan ke impor. Ekspor dan impor selanjutnya berpengaruh terhadap
output perekonomian. Selain itu dampak asimetrik nilai tukar juga terjadi di
dalam perekonomian. Dampak depresiasi nilai tukar lebih besar dibandingkan
dampak apresiasi terutama dampak langsung terhadap ekspor dan impor. Perbedaan
ini menimbulkan akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda.
Berdasarkan paparan tersebut bisa
di simpulkan bahwa kurs mata uang merupakan persoalan penting dalam
perekonomian negara. Stabilitas kurs mata uang rupiah sangat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak hal yang mempengaruhi stabilitas kurs
mata uang rupiah seperti stabilitas keuangan regional, perdagangan regional,
dan tingkat investasi. Untuk memberikan nilai tambah topik bahasan stabilitas
kurs mata uang rupiah sebelumnya, tulisan – tulisan saya berikutnya akan lebih
difokuskan pada dampak manajemen pengeluaran pemerintah terhadap inflasi dan
implikasinya terhadap stabilitas kurs mata uang rupiah. Untuk kelengkapan
analisis, dilakukan analisa jalur untuk memahami hubungan masing – masing jalur
dan analisa time series untuk
memberikan pemahaman yang cukup terhadap forecasting
masing – masing series. Analisa
selanjutnya diarahkan pada besaran pengeluaran pemerintah pada triwulan
terakhir. Data yang diambil adalah data dari tahun 2005 – 2011 dengan asumsi
ketersedian data keuangan pemerintah mulai tersedia dengan baik sejak
diterapkannya sistem akuntansi pemerintah pada tahun 2005.
Semoga tulisan berikutnya akan
segera menyusul dengan analisa yang baik, baik secara administrasi negara,
ekonomi pembangunan maupun dalam lingkup ilmu manajemen keuangan negara. Amien.
Kamis, 10 Mei 2012
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA APARATUR: REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN AGAMA RI
Darmawan,
Program Doktor Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia,
darmawanmpa@windowslive.com .
Program Doktor Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia,
darmawanmpa@windowslive.com .
Abstrak
Kinerja aparatur kita telah lama menjadi sorotan. Setelah
reformasi bergulir dan Kementerian Aparatur Negara didirikan telah berbagai
regulasi dibuat untuk meningkatkan kinerja PNS. Peningkatan kinerja aparatur
muaranya adalah kepuasan masyarakat sebagai mana tujuan dan fungsi aparatur
yaitu abdi negara, pelayan masyarakat. Kementerian Agama adalah salah satu dari
sekian kementerian yang bersentuhan langsung dengan masyarakat luas. Oleh
karena itu kinerja aparaturnya bisa langsung di rasakan secara nyata oleh
masyarakat. Keritik yang selama ini dialamatkan kepada kinerja PNS di
lingkungan kementerian Agama selayaknya segera di tindak lanjuti. Dari sekian
banyak langkah awal, tampaknya perencanaan dan pengembangan Manajemen sumber
daya aparatur lah yang akan di perbaiki terlebih dahulu.
Keywords: perencanaan; pengembangan; Manajemen Sumber Daya
Aparatur; reformasi birokrasi
Latar
Belakang:
Reformasi Birokrasi pada
hakekatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan yang mendasar terhadap
system penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek kelembagaan
(organisasi), ketatalaksanaan (bussines proses) dan sumber daya aparatur.
Reformasi birokrasi dimaksudkan untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdayaguna dan berhasilguna dalam mengemban tugas kepemerintahan dan
pembangunan nasional yang disesuaikan dengan dinamika tuntunan masyarakat.
Kementerian Agama (Kemenag) adalah
kementerian yang sangat disorot masyarakat karena kementerian ini membawa nama
agama. Dalam benak masyarakat karena instansi ini membawa agama tentu mereka
menilai birokrasi Kemenag yang memiliki akhlak dan moral yang lebih tinggi. Reformasi
Birokrasi di Kementerian atau Lembaga Negara merupakan salah satu hal yang
harus dilakukan apabila Kementerian/Lembaga Negara hendak mengajukan
renumerasi. Bukan hanya itu, reformasi birokrasi adalah suatu keniscayaan bagi
Kementerian Agama agar kinerja dalam pelayanan publik bisa semakin baik.
Maklum, Kementerian Agama adalah salah satu kementerian yang mendapat sorotan
tentang profesionalisme pelayanan publik serta clean governance. Ada 3 hal yang
signifikan untuk melakukan Reformasi Birokrasi di Kementerian Agama. Tiga hal
tersebut adalah: pertama, akuntabilitas pelayanan publik, kedua pengembangan
sumber daya birokrasi, ketiga perkembangan tekhnologi informasi.
Stigma korup dan tidak profesional
selama ini disematkan pada Kementerian Agama. Bagaimana setiap tahun kritikan
terhadap penyelenggaraan haji senantiasa menghunjam, sumber daya manusia
(birokrasi) di kemenag dari pusat sampai daerah diidentikkan dengan kurang dari
standar, rekruitmen yang masih menganut kolusi dan nepotisme adalah beberapa
hal yang harus ditepis oleh Kementerian Agama dengan melaksanakan reformasi
birokrasi. Tantangan ini harus dijawab oleh Kementerian Agama dengan segera.
Sebagaimana diamanatkan dalam UU
No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2055, bahwa pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi
birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk
mewujudkan tata pemeritahan yang baik, di pusat dan di daerah agar mampu
mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya. Dalam mencapai sasaran
reformasi tersebut, Kementerian Agama melakukan penataan organisasi/
kelembagaan terwujudnya organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran,
terciptanya birokrasi yang memiliki budaya kerja dengan integritas dan kinerja
yang tinggi, terwujudnya sitem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efesien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip good goverment, tersusunnya
regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif, serta
terbangunnya SDM yang kompeten, profesional dan produktif.
Salah satu output Reformasi
Birokrasi adalah pelayanan yang lebih baik, jelas dan tidak bertele-tele. Dalam
rangka membangun kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan (birokrasi)
Kementerian Agama menetapkan program percepatan (Quick Wins) yang menjadi ciri
utama pelayanan di Kementerian Agama. Program tersebut adalah: (1) penerimaan
CPNS; (2) pendaftaran haji; (3) administrasi nikah; (4) pemberian beasiswa; dan
(5) sertifikasi guru dan dosen.
Tinjauan Teoritis:
Suatu organisasi, menurut Riva’I (2004:35)
“tanpa didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik segi kuantitatif,kualitatif,
strategi dan operasionalnya ,maka organisasi/perusahaan itu tidak akan mampu
mempertahankan keberadaannya, mengembangkan dan memajukan dimasa yang akan
datang”. Oleh karena itu disini diperlukan adanya langkah-langkah manajemen
guna lebih menjamin bahwa organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk
menduduki berbagai jabatan, fungsi, pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan .
Perencanaan sumber daya manusia (Human
Resource Planning) merupakan proses manajemen dalam menentukan pergerakan
sumber daya manusia organisasi dari posisi yang diinginkan di masa depan,
sedangkan sumber daya manusia adalah seperangkat proses-proses dan aktivitas
yang dilakukan bersama oleh manajer sumber daya manusia dan manajer lini untuk
menyelesaikan masalah organisasi yang terkait dengan manusia. Tujuan dari
integrasi system adalah untuk menciptakan proses prediksi demand sumber daya
manusia yang muncul dari perencanaan strategik dan operasional secara
kuantitatif, dibandingkandengan prediksi ketersediaan yang berasal dari
program-program SDM. Oleh karena itu, perencanaan sumber daya manusia harus
disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan utama dalam memflitasi
keefektifan organisasi dapat tercapai.
Strategi bisnis di masa yang akan
datang yang dipengaruhi perubahan kondisi lingkungan menuntut manajer untuk
mengembangkan program-program yang mampu menterjemahkan current issues dan
mendukung rencana bisnis masa depan. Keselarasan antara bisnis dan perencanaan
sumber daya manusia (SDM) dapat membangun perencanaan bisnis yang pada akhirnya
menentukan kebutuhan SDM. Beberapa faktoreksternal yang mempengaruhi aktivitas
bisnis dan perencanaan SDM, antara lain: globalisasi, kemajuan teknologi,
pertumbuhan ekonomi dan perubahan komposisi angkatan kerja. Perubahan
karakteristik angkatan kerja yang ditandai oleh berkurangnya tingkat
pertumbuhan tenaga kerja, semakin meningkatnya masa kerja bagi golongan tua,
dan peningkatan diversitas tenaga kerja membuktikan perlunya kebutuhan
perencanaan SDM. Dengan demikian, proyeksi demografis terhadap angkatan kerja
di masa depan akan membawa implikasi bagi pengelolaan sumber daya manusia yang
efetif. Peramalan kebutuhan sumber daya manusiadi masa depan serta perencanaan
pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia tersebut merupakan bagian dalam
perencanaan sumber daya manusia yang meliputi pencapaian tujuan dan
implementasi program-program. Dalam perkembangannya, perencanaan sumber,
perencanaan sumber manusia juga meliputi pengumpulan data yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi keefektrifan program-program yang sedang berjalan dan
memberikan informasi kepada perencanaan bagi pemenuhan kebutuhan untuk revisi
peramalan dan program pada saat diperlukan.
Tujuan utama perencanaan adalah
memfasilitasi keefektifan organisasi, yang harus diintegrasikan dengan tujuan
perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi (Jackson & Schuler,
1990). Dengan demikian, perencanaan sumber daya manusia merupakan suatu proses
menterjemahkan strategi bisnis menjadi kebutuhan sumber daya manusia baik
kualitatif maupun kuantitatif melalui tahapan tertentu.
Berbagai Pengertian dan Strategi
Perencanaan SDM Mondy & Noe (1995) mendefinisikan Perencanan SDM sebagai
proses yang secara sistematis mengkaji keadaan sumberdaya manusia untuk
memastikan bahwa jumlah dan kualitas dengan ketrampilan yang tepat, akan
tersedia pada saat mereka dibutuhkan”. Kemudian Eric Vetter dalam Jackson &
Schuler (1990) dan Schuler & Walker (1990) mendefinisikan Perencanaan sumber
daya manusia (HR Planning) sebagai; proses manajemen dalam menentukan
pergerakan sumber daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi
yang diinginkan di masa depan.
Dari konsep tersebut, perencanaan
sumber daya manusia dipandang sebagai proses linear, dengan menggunakan data
dan proses masa lalu (short-term) sebagai pedoman perencanaan di masa depan
(long-term). Dari beberapa pengertian tadi ,maka perencanaan SDM adalah
serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan
strategis yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja/pegawai dimasa
yang akan datang dalam suatu organisasi (publik,bisnis ) dengan menggunakan
sumber informasi yang tepat guna penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan
kualitas sesuai yang dibutuhkan. Adapun dalam perencanaan tersebut memerlukan
suatu strategi yang didalamnya terdapat seperangkat proses-proses dan aktivitas
yang dilakukan bersama oleh manajer sumber daya manusia pada setiap level
manajemen untuk menyelesaikan masalah organisasi guna meningkatkan kinerja
organisasi saat ini dan masa depan serta menghasilkan keunggulan bersaing
berkelanjutan. Dengan demikian, tujuan perencanaan sumber daya manusia adalah
memastikan bahwa orang yang tepat berada pada tempat dan waktu yang tepat,sehingga
hal tersebut harus disesuaikan dengan rencana organisasi secara menyeluruh.
Untuk merancang dan mengembangkan
perencanaan sumber daya manusia yang efektif menurut Manzini (1996) untuk,
terdapat tiga tipe perencanaan yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan
sistem perencanaan tunggal. Pertama, strategic planning yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan organisasi dalam lingkungan persaingan, Kedua,
operational planning, yang menunjukkandemand terhadap SDM, dan Ketiga, human
resources planning, yang digunakan untuk memprediksi kualitas dan kuantitas
kebutuhan sumber daya manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang yang
menmggabungkan program pengembangan dan kebijaksanaan SDM.
Perencanaan sumber daya manusia dengan
perencanaan strategik perlu diintegrasikan untuk memudahkan organisasi
melakukan berbagai tindakan yang diperlukan, manakala terjadi perubahan dan
tuntutan tujuan pengintegrasian perencanaan sumber daya manusia adalah untuk
mengidentifikasi dan menggabubungkan faktor-faktor perencanaan yang saling
terkait, sistematrik, dan konsisten. Salah satu alasan untuk mengintegrasikan
perencanaan sumber daya manusia dengan perencanaan strategik dan operasional
adalah untuk mengidentifikasi human resources gap antara demand dan supply,
dalam rangka menciptakan proses yang memprediksi demand sumber daya manusia
yang muncul dari perencanaan strategik dan operasional secara kuantitatif
dibandingkan dengan prediksi ketersediaan yang berasal dari program-program
SDM. Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia organisasi di masa depan
ditentukan oleh kondisi faktor lingkungan dan ketidakpastian, diserta tren
pergeseran organisasi dewasa ini. Organisasi dituntut untuk semakin
mengandalkan pada speed atau kecepatan, yaitu mengupayakan yang terbaik dan
tercepat dalam memenuhi kebutuhan tuntutan/pasar (Schuler & Walker, 1990).
Manfaat Pengembangan SDM di Masa Depan
Pimpinan yang secara teratur melakukan proses pengembangan strategi sumber daya
manusia pada organisasinya akan memperoleh manfaat berupa distinctive
capability dalam beberapa hal dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan,
seperti:
Yang sifatnya strategis yakni :
1. Kemampuan mendifinisikan kesempatan
maupun ancaman bagi sumber daya manusia dalam mencapai tujuan bisnis.
2. Dapat memicu pemikiran baru dalam
memandang isu-isu sumber daya manusia dengan orientasi dan mendisdik patisipan
serta menyajikan perluasan perspektif.
3. Menguji komitmen manajemen terhadap
tindakan yang dilakukan sehingga dapat menciptakan proses bagi alokasi sumber
daya program-program spesifik dan aktivitas.
4. Mengembangkan “sense of urgency” dan
komitmen untuk bertindak.
Kemudian
yang sifatnya opersional ,perencanaan SDM dapat bermamfaat untuk:
1. Meningkatkan
pendayagunaan SDM guna memberi kontribusi terbaik,
2. Menyelaraskan
aktivitas SDM dengan sasaran organisasi agar setiap pegawai/tenaga kerja dapat
mengotimalkan potensi dan ketrampilannya guna meningkatkan kinerja organisasi,
3. Penghematan
tenaga,biaya, waktu yang diperlukan ,sehingga dapat meningkatkan efisiensi guna
kesejahteraanpegawai/karyawan.(Nawawi, 1997: 143)
Adapun
pola yang dapat digunakan dalam penyusunan strategi sumber daya manusia
organisasi di masa depan antara lain , (Schuler & Walker, 1990) :
1. Manajer
lini menangani aktivitas sumber daya manusia (strategik dan manajerial),
sementara administrasi sumber daya manusia ditangani oleh pimpinan unit teknis
operasional.
2. Manajer
lini dan Biro kepegawaian/ sumber daya manusia saling berbagi tanggung jawab
dan kegiatan, dalam kontek manajer lini sebagai pemilik dan sumber daya manusia
sebagai konsultan.
3. Departemen
sumber daya manusia berperan dalam melatih manajer dalam praktik-praktik sumber
daya manusia dan meningkatkan kesadaran para manajer berhubungan dengan HR
concerns
Tahapan
Perencanaan SDM Menurut Jackson dan Schuler (1990), perencanaan sumber daya
manusia yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu berkaitan dengan
aktivitas perencanaan sumber daya manusia menuju organisasi modern. Langkah-langkah
tersebut meliputi :
1. Pengumpulan
dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun persediaan sumber daya
manusia yang diekspektasikan bagi perencanaan bisnis masa depan.
2. Mengembangkan
tujuan perencanaan sumber daya manusia
3. Merancang
dan mengimplementasikan program-program yang dapat memudahkan organisasi untuk
pencapaian tujuan perencanaan sumber daya manusia
4. Mengawasi
dan mengevaluasi program-program yang berjalan.
Keempat
tahap tersebut dapat diimplementasikan pada pencapaian tujuan jangka pendek
(kurang dari satu tahun), menengah (dua sampai tiga tahun), maupun jangka
panjang (lebih dari tiga tahun). Rothwell (1995) menawarkan suatu teknik
perencanaan sumber daya manusia yang meliputi tahap : (1) investigasi baik pada
lingkungan eksternal, internal, organisasional: (2) forecasting atau peramalan
atas ketersediaan supply dan demand sumber daya manusia saat ini dan masa
depan; (3) perencanaan bagi rekrumen, pelatihan, promosi, dan lain-lain; (4)
utilasi, yang ditujukan bagi manpower dan kemudian memberikan feedback bagi proses
awal.
Sementara
itu, pendekatan yang digunakan dalam merencanakan sumber daya manusia adalah
dengan actiondriven ,yang memudahkan organisasi untuk menfokuskan bagian
tertentu dengan lebih akurat atau skill-need, daripada melakukan perhitungan
numerik dwengan angka yang besar untuk seluruh bagian organisasi. Perencanaan
sumber daya manusia umumnya dipandang sebagai ciri penting dari tipe ideal
model MSDM meski pada praktiknya tidak selalu harus dijadikan prioritas utama.
Perencanaan
sumber daya manusia merupakan kondisi penting dari “integrasi bisnis” dan
“strategik,” implikasinya menjadi tidak sama dengan “manpower planning” meski
tekniknya mencakup hal yang sama. Manpower planning menggambarkan pendekatan
tradisional dalam upaya forecasting apakah ada ketidaksesuaian antara supply
dan demand tenaga kerja, serta merencanakan penyesuaian kebijakan yang paling
tepat. Integrasi antara aspek-aspek perencanaan sumber daya manusia terhadap
pengembangan bisnis sebaiknya memastikan bahwa kebutuhan perencanaan sumber
daya manusia harus dilihat sebagai suatu tanggung jawab ini.
Kesenjangan
dalam Perencanaan Sumber daya Manusia Dalam perencanaan SDM tidaklah semudah
apa yang dibayangkan, kendati telah ada perhitungan dan pertimbangan
berdasarkan kecenderungan dan data yang tersedia, tapi kemelencengan bisa saja
terjadi. Hal ini wajar karena selain adanya dinamika organisasi juga adanya
perubahan faktor lingkungan , kebijakan yang tidak diantisipasisi sebelumnya.
Proses perencanaan sering tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena kebijakan
perencanaan tidak dibuat secara detil, sehingga terjadi kesenjangan antara
kebijakan sebelumnya dengan aspek teknis operasional secara empiris .
Analisa Kebijakan:
Persoalan
yang dihadapi dalam perencanaan sumber daya manusia dalam pengembangan dan
implementasinya dari strategi sumber daya manusia dapat dikelompokkan ke dalam
empat permasalah (Rothwell, 1995) : Pertama, perencanaan menjadi suatu problema
yang dirasa tidak bermanfaat karena adanya perubahan pada lingkungan eksternal
organisasi, meskipun nampak adanya peningkatan kebutuhan bagi perencanaan.
Kedua, realitas dan bergesernya kaleidoskop prioritas kebijakan dan strategi
yang ditentukan oleh keterlibatan interes group yang memiliki power. Ketiga,
kelompok faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat manajemen dan ketrampilan
serta kemampuan manajer yang memiliki preferensi bagi adatasi pragmatik di luar
konseptualisasi, dan rasa ketidakpercayaan terhadap teori atau perencanaan,
yang dapat disebabkan oleh kurangnya data, kurangnya pengertian manajemen lini,
dan kurangnya rencana korporasi. Keempat, pendekatan teoritik konseptual yang
dilakukan dalam pengujian kematangan perencanaan sumber daya manusia sangat
idealistik dan preskriptif, di sisi lain tidak memenuhi realita organisasi dan
cara manajer mengatasi masalah-masalah spesifik.
Permasalahan
tersebut merupakan sebuah resiko yang perlu adanya antisipasi dengan menerapkan
aspek fleksibilitas ,manakala terjadi kesenjangan di lapangan. Namun sedapat
mungkin manajer telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi secara cermat
setiap perkembangan yang terjadi , karena pada dasarnya sebuah bangunan
perencanaan SDM tidak harus dibongkar secara mendasar , jika ada kekurangan dan
kelemahan ,tentu ada upaya mengatasi jalan keluar yang terbaik.
Oleh
karena itu diperlukan analisis terhadap perencanaan yang dibuat dengan
menerapkan analisi SWOT. Implementasi Perencanaan SDM Pemilihan teknik
merupakan starting point dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang berhubungan
dengan gaya manajeral, nilai dan budaya secara keseluruhan. Beberapa teknik perencanaan
sumber daya manusia (Nursanti, 2002 : 61) dapat diimplementasikan dalam proses
rekrutmen dan perencanaan karir. a. Rekrutmen Identifikasi kemungkinan
ketidakcocokan antara supply dan demand serta penyesuaian melalui rekrutmen,
sebelumnya dilihat sebagai alasan perencanaan manpower tradisional. Oleh karena
itu diperlukan pendekatan baru yang mempertimbangkan kombinasi kompetensi
karyawan melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap dan pengalaman yang
dimiliki.
Perencanaan
MSDM dapat dijadikan petunjuk dan memberikan wawasan masa yang akan datang bagi
orang-orang yang diperlukan untuk menyampaikan produk-produk inovatif atau
pelayanan berkualitas yang difokuskan melalui strategi bisnis dalam proses
rekrutmen. b. Perencanaan Karir Hal ini membutuhkan pengertian proses-proses
yang diintegrasikan pada karekteristik individual dan preferensi dengan
implikasinya pada : budaya organisasi, nilai dan gaya, strategi bisnis dan
panduan, struktur organisasi dan perubahan, sistem reward, penelitian dan
sistem pengembangan, serat penilaian dan sistem promosi.
Beberapa
organisasi dewasa ini menekankan pada tanggung jawab individual bagi
pengembangan karir masing-masing. Sistem mentoring formal maupun informal
diperkenalkan untuk membantu pencapaian pengembangan karir. Seberapa jauh
fleksibelitas dan efisiensi organisasi ditentukan oleh kebijakan pemerintah,
baik fiskal maupun pasar tenaga kerja.
Evaluasi
Perencanaan SDM Perencana sumber daya manusia dapat digunakan sebagai indikator
kesesuaian antara supply dan demand bagi sejumlah orang-orang yang ada dalam
organisasi dengan keterampilan yang sesuai : perencanaan sumber daya manusia
juga berguna sebagai “early warning” organisasi terhadap implikasi strategi
bisnis bagi pengembangan sumber daya manusia dengan melakukan audit terhadap
SDM.
Teknik-teknik
yang dapat digunakan dalam evaluasi perencanaan sumber daya manusia meliputi :
a. Audit sederhana terhadap sasaran apaqkah memenuhi tujuan, kekosongan terisi,
biaya berkurang, dan sebagainya. Sedangkan tingkat audit tergantung pada tujuan
organisasi dan seberapa jauh analisis terhadap keberhasilan maupunb
penyimpangan dapat dilakukan. b. Evaluasi sebagai bagian dari tinjauan prosedur
organisasi lain sesuai standar penggunaan :
·
Prosedur total kualitas; perlu bagi kebutuhan
pengawasan dan dapat menggambarkan atensi bagi ketidakcukupan SDM
·
Prosedur investasi manusia; perlu pengawasan bagi
hasil pelatihan terhadap analisis kebutuhan pelatihan bagi seluruh karyawan
berbasis kontinyuitas.
·
Pendekatan analitis bagi utilisasi sumber daya
manusia dan pengawasan hasil
c.
Evaluasi sebagai bagian dari audit komunikasi generalv atau survai sikap
karyawan d. Dimasukkannya hal-hal berikut sebagai bagian audit yang lebih luas
atau tinjauan fungsi SDM :
·
Nilai tambah yang diperoleh organisasi, misalnya
dalam mengembangkan manusia atau pengurangan perpindahan tenaga kerja.
·
Dalam pemenuhan target departemen sumber daya
manusia atau penetapan fungsi
·
Dalam pengwasan pencapaian “equal opportunity
target” dalam hal gender atau ras
·
Sebagai bagian bentuk internal atau eksternal
bench-marking komporasi dari perencanaan sumber daya manusia yang digunakan dan
outcomes dalam bagian lain di organisasi yang sama
e.
Melakukan review atas penilaian individu. Dengan demikian, dapat dijelaskan
bahwa tujuan perencanaan sumber daya manusia adalh memastikan bahwa orang yang
tepat berada pada tempat dan waktu yang tepat, sehingga hal tersebut harus
disesuaikan dengan rencana organisasi secara menyeluruh. Salah satu hasil
evaluasi penerapan program jangkan panjang dapat ditujukan bagi perencanaan
program suksesi.
Berdasarkan
analisa tersebut di atas maka langkah-langkah yang perlu segera dilakukan oleh
kementerian agama adalah
1. Moratorium
CPNS, terutama dari jalur pengangkatan dan pengembangan. Yang selama ini
disinyalir terindikasi KKN.
2. Memetakan
seluruh kebutuhan sumber daya aparatur di lingkungan kementerian agama
a.
Menganalisa kebutuhan jumlah pegawai yang
dibutuhkan, dimana dan bagai mana sifat kepegawaiannya
b.
Menganalisa kualifikasi tingkat pendidikan yang
dibutuhkan
c.
Menganalisa kualifikasi keahlian yang dibutuhkan
3. Memetakan
seluruh sumber daya aparatur yang telah tersedia
a.
Menganalisa,
berapakah jumlah aparatur yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan
organisasi
b.
Menganalisa, berapakah jumlah aparatur yang tidak
sesuai posisi tetapi memiliki kualifikasi pendidikan dan keahlian di posisi
lain.
4. Menawarkan
pengunduran diri sukarela, pensiun dini atau mutasi ke kementerian atau
pemerintah daerah yang membutuhkan, bagi para pegawai/ aparatur yang tidak sesuai
kualifikasi pendidikan, keahlian, posisi maupun tempat yang di butuhkan
organisasi.
5. Melakukan
upaya pembinaan bagi pegawai yang memiliki kekurangan kualifikasi tetapi
berdasarkan analisa bisa di didik dan dilatih dengan waktu dan biaya yang tidak
besar. Terutama mereka yang berasal dari PNS jalur pengangkatan dan
pengembangan. Karena biasanya bermotivasi rendah. (Spencer dalam Tjutju
Yuniarsih, 2011:24)
Simpulan:
1.
Perencanaan
sumber daya manusia (Human Resource Planning) merupakan salah satu fungsi dalam
Manajemen Sumberdaya manusia yang mengorientasi pada bagaimana menyusun
langkah-langkah strategi menyiapkan sumberdaya manusia (pegawai/karyawan) dalam
suatu organisasi secara tepat dalam jumlah dan kualitas yang diperlukan
.Perencanaan SDM sebagai; proses manajemen dalam menentukan pergerakan sumber
daya manusia organisasi dari posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan
di masa depan dengan menggunakan data sebagai pedoman perencanaan di masa
depan.
2.
Perencanaan
sumber daya manusia awal difokuskan pada perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia di masa depan serta cara pencapaian tujuannya dan implementasi
program-program, yang kemudian berkembang, termasuk dalam hal pengumpulan data
untuk mengevaluasi keefektifan program yang sedang berjalan dan memberikan
informasi kepada perencana bagi pemenuhan kebutuhan untuk revisi peramalan dan
program daat diperlukan.
3.
Dalam
pelaksanaannya, perencanaan sumber daya manusia harus disesuaikan dengan
strategi tertentu. Hal ini dimaksudkan untukmeminimalisikan adanya kesenjangan
agar tujuan dengan kenyataan dan sekaligus menfasilitasi keefektifan organisasi
dapat dicapai. Perencanaan sumber daya manusia harus diintegrasikan dengan
tujuan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi. Hal ini
diperlukan agar organisasi bisa terus survive dan dapat berkembang sesuai
dengan tuntutan perubahan yang sangat cepat dan dinamis.
4.
Kementerian
Agama harus segera memetakan kebutuhan pegawai dan pegawai yang tersedia agar
mampu memenuhi tuntutan masyarakat dalam pelaksanaan good governance.
Daftar Pustaka
Asmawi Rewansyah, 2010. Reformasi birokrasi dalam rangka good
governance, Yusaintanas Prima. Jakarta.
Darmawan Soegandar, 2009. Manajemen Kinerja: dan contoh penerapan
bagi guru dan sekolah/ madrasah, MKN – STIA LAN. Jakarta.
Gareth R. Jones, 2007. Organizational theory, design, and change.
15th ed. Pearson Education Ltd. New Jersey.
Gary Dessler, 2009. Manajemen sumber daya manusia, Indeks.
Jakarta.
I Gusti Agung Rai, 2008. Audit kinerja pada sektor publik: konsep,
praktik dan studi kasus, Penerbit Salemba Empat.
Jackson, S.E., & Schuler, R.S. 1990. Human Resource Planning:
Challenges for Industrial/Organization Psychologists. New York, West Publishing
Company .
Mondy ,R.W & Noe III,RM,1995,Human Resource Management,
Massahusetts, Allyn & Bacon
Mustopadidjaja AR, 2008. Manajemen, Proses kebijakan publik;
formulasi, implementasi dan evaluasi kinerja, Lembaga Administrasi Negara – Duta
Pertiwi Foundation. Jakarta
Nawawi, Hadari, 2001, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press.
Nursanti, T.Desy, 2002, Strategi Teintegrasi Dalam Perencanaan SDM
, dalam Usmara, A (ed), Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, Amara books.
Purnama, N. 2000. Membangun Keunggulan Bersaing Melalui Integrasi
Perencanaan Strategik dan Perendanaan SDM. Jakarta, Usahawan, 7(29):3-8
Riva’i, Veithzal, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia untuk
Perusahaan : dari teori ke praktek, Jakarta ,RadjaGrapindo Persada.
Rothwell, S. 1995. Human Resource Planning. In J. Storey (ED).
Human Resource Management: A Critical Text . London: Routledge
Schuler. R.S., & Walker, J.W. 1990. Human Resource Strategy:
Focusing on Issues and Actions. Organizational Dynamics, New York, West
Publishing Company .
Tjutju Yuniarsih dan Suswanto, 2011. Manajemen Sumber Daya
Manusia: Teori, Aplikasi, dan Isu Penelitian, Alfabeta. Bandung.
Wayne Parson, 2006. Public policy:
an introduction to the theory and practice of policy analysis, Edwar
Elgar Publishing Ltd.
William N. Dunn, 2003. Analisa kebijakan publik, Gajah mada
university Press.
Langganan:
Postingan (Atom)