Kamis, 26 Agustus 2010

Refleksi: 34 tahun diberi kesempatan bernyawa

Hari ini 34 tahun yang lalu, ibuku melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama oleh bapakku Darmawan. Kata ibu;  Beliau kasih nama itu dengan sebuah harapan, anaknya menjadi orang yang berbakti pada satu tujuan.. satu harapan di masa depan. Masa depan yang tentunya terbaik buat anaknya. Lahir dari keluarga dengan semangat wiraswasta yang tinggi dan disiplin yang kuat layaknya keluarga tentara memang memberi warna tersendiri.
34 tahun adalah waktu yang cukup untuk mulai ajeg, masagi. Masa kecil yang kurang memiliki kesempatan bermain bukan berarti alasan buat hidup main-main di usia yang makin sepuh sekarang. Konsep main-main memang sepertinya harus mulai di tinggalkan. Keseriusan juga menjadi hal yang penting ketika cita-cita pensiun dari PNS di usia 40 tahun ingin terlaksana. Keseriusan haruslah menjadi watak yang baru pada hari-hari kedepan.
6 tahun kedepan, mungkin adalah perjuangan yang tidak sempat diseriusi ketika sekolah di pendidikan dasar sampai pendidikan sarjana dulu. 6 tahun kedepan adalah perjalanan menghebatkan diri dalam memberikan kasih sayang terhebat buat putri-putri matahariku. 6 tahun kedepan adalah pembuktian pada diri sendiri, seberapa layakkah aku diberi hadiah 6 putri cantik oleh Allah, Penciptaku.
Kesempatan bernapas, rasanya memang hal yang harus disyukuri terus menerus. Dalam perjalanan ke madrasah tadi pagi, tiba-tiba jantung sakit bukan kepalang, napas terpaksa untuk sementara di hentikan. Tetapi Allah masih memberikan kesempatan bernapas lagi, Alhamdulillah.. semoga tak pernah tersia-sia.
Berulang tahun.. hmm.. masih banyak yang belum di raih putri-putri matahariku.. waktunya berpikir sekeras-kerasnya, kemudian mewujudkannya sehebat-hebatnya.. biar putri-putri matahariku merasa.... mereka memang punya Ayah.. Darmawan Soegandar.. bapak mereka!

Rabu, 25 Agustus 2010

Menjadi Guru yang Baik

Sebagai seorang guru/dosen yang baru mengajar selama 16 tahun, pagi ini di madrasah tiba-tiba terbersit pertanyan yang lima; Apa? Siapa? Bagaimana? Kenapa? Dan Kapan? Seseorang disebut guru yang baik. Dalam sistem penilaian yang lagi tren sekarang (penilaian kinerja), yang kemudian akan dijadikan dasar renumerasi, posting kedudukan dan jabatan dll, dst. Tentu di perlukan Indikator Kinerja Utama yang akan mendasari Manajemen Kinerja Guru selanjutnya.

Jika kita memandang DUPAK sebagai IKU dari guru, maka secara normatif kita akan paham bagaimana kinerja seorang guru akan dihitung. Proses Belajar Mengajar terdiri dari; 1) Melaksanakan penyusunan program pengajaran atau praktik selama … Smt, 2) Melaksanakan penyajian program pengajaran atau praktik selama … Smt, 3) Melaksanakan evaluasi belajar atau praktik selama … Smt, 4) Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktik selama … Smt, 5) Melaksanakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan selama … Smt, 6) Melaksanakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas) selama ..... Smt, 7) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler selama … Smt, 8) Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru dalam proses belajar mengajar atau praktik selama ..... Smt, 9) Melaksanakan dengan bimbingan dalam mengikuti kegiatan Ujian Nasional. Proses belajar mengajar merupakan syarat perlu dalam IKU berikutnya, sebab jika seorang guru tidak melakukan proses belajara mengajar dengan alasan tertentu (misalnya tugas belajar) maka kedudukannya sebagai PNS berubah dari fungsional guru menjadi pegawai struktural dengan mengikuti ketentuan KNP bagi pegawai struktural. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sistem kepegawaian fungsional guru, IKU PBM menduduki posisi yang sangat urgen.

Tetapi mengukur prestasi guru, bahwa seseorang disebut guru yang baik atau tidak, tentu saja tidak bisa menjadikan penilaian PBM sebagai penilaian. Sebab setiap orang sah disebut guru jika PBM dia laksanakan. Jadi jika dia tidak melakukan PBM maka dia bukan seorang guru atau dengan kata lain, seseorang yang tidak melakukan prose PBM maka dia tidak layak disebut guru. Oleh karena itu di perlukan IKU lain untuk merujuk baik tidaknya seorang guru. Jika kita kembali mengacu pada Dupak maka untuk sementara kita akan menjadikan indikator Pengembangan Profesi sebagai IKU seseorang itu Guru yang Baik atau tidak. Indikator pengembangan profesi terdiri dari; 1) Melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan: a) Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi bidang pendidikan yang dipublikasikan. Dalam bentuk buku yang di terbitkan dan diedarkan secara nasional, sejumlah .... Karya, dalam majalah ilmiah yang diakui oleh departemen yang bersangkutan sejumlah ...... Karya, b) Karya ilmiah hasil penelitian pengkajian survei dan atau evaluasi di bidang pendidikan yang tidak di publikasikan, tetapi di dokumentasikan di perpustakaan sekolah. 1. Dalam bentuk buku sejumlah ..... Karya, 2. dalam bentuk makalah sejumlah ....... Makalah, c) Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang di publikasikan. 1. Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional sejumlah .... Karya, 2. Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh departemen yang bersangkutan sejumlah ..... Karya, d) Makalah berupa tinjauan atau ulasan hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang tidak di publikasikan, tetapi di dokumentasikan pada perpustakaan sekolah. 1. Dalam bentuk buku, sejumlah ..... Buku, 2. Dalam bentuk makalah, sejumlah ..... Makalah, e) Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa, sejumlah ..... Tulisan, f) Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah sejumlah .... Kali, g) Buku pelajaran atau modul: 1. Bertaraf nasional, sejumlah ..... Buku, 2. Bertaraf profinsi, sejumlah .... Buku, h) Diktat pelajaran, sejumlah ..... Diktat, i) Mengalih bahasakan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan sejumlah .... Buku/karya ilmiah, 2) Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, sejumlah .... Temuan, 3) Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, dilakukan oleh a. Perorangan, sejumlah ..... Kali, b. Tim sebagai; - Ketua, sejumlah .... Kali, - anggota, sejumlah .... Kali, 4) Menciptakan karya seni karya seni monumental/seni pertunjukkan. Dilakukan oleh: - Perorangan, sejumlah ..... Karya seni, - Tim, sebagai - Ketua, sejumlah .... Karya seni, - Anggota, sejumlah .... Karya seni, 5) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum, a. Bersifat pembaharuan sebagai - ketua, sejumlah ..... Kegiatan, - Anggota, sejumlah ..... Kegiatan, b. Bersifat penyempurnaan sebagai, - ketua, sejumlah ..... Kegiatan, - Anggota, sejumlah ..... Kegiatan.

Sepintas lalu, jika kita memperhatikan IKU pada paragraf di atas. Maka kita akan mendapatkan, seakan-akan, begitu berat syarat cukup untuk menjadi guru yang baik. Padahal anggapan itu tidak cukup benar. Sebab IKU yang memberatkan, seperti taraf publikasi, sebenarnya telah diakomodir dengan cukup di dokumentasikan di perpustakaan sekolah dengan bukti dokumentasi. Hal ini dibuktikan dengan skala penilaiannya yang hanya berselisih satu. Misalnya pada penulisan Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang di publikasikan (bernilai 8) dengan yang didokumentasikan sekolah (bernilai 7) begitupun yang berbentuk makalah (4-3). Jadi jika seorang guru menulis dengan cukup maka penilaiannya ternyata sangat tinggi.

Menulis bagi guru juga bukanlah hal yang terlalu menyulitkan seperti yang di bayangkan. Jika seorang guru melaksanakan PBM dengan baik maka bahan-bahan tulisannya kelak akan tersedia dengan sendirinya. Misalnya nilai tertinggi dalam tulisan ilmiah bagi guru itu di dapat dari penelitian. Seorang guru tidak perlu terlalu di ribetkan dengan perhitungan statistik yang memang belum tentu dikuasai semua guru, toh kemudian Penelitian Tindakan Kelas bisa dijadikan salah satu alternatif yang bisa diambil guru. Penelitian ini relatif sederhana, karena isinya hanya menuliskan ulang RPP, Evaluasi dan Agenda harian guru. Yang ketiganya merupakan hal yang biasa dilakukan seorang guru sehari-hari. PTK tidak mensyaratkan pembuktian statistik pada hasil penelitiannya, sehingga pilihan ini cukup menjanjikan bagi guru. Jika dalam satu semester seorang guru membahas 3-4 pokok bahasan maka dia telah melakukan penelitian tindakan kelas sebanyak 3-4 pula. Janganlah kata penelitian di kultuskan sehingga timbul anggapan “jika seorang guru terus menerus meneliti, kapan dia mengajarnya?” hal ini tentu merupakan angapan yang salah. Karena PTK sejatinya merupakan catatan seorang guru dalam mengajar, mengantisifasi kesulitan murid-muridnya, mencoba berbagai pendekatan sehingga kemudian muridnya melampaui KKM sehingga memenuhi kualifikasi belajar tuntas. Jadi tidak ada waktu khusus yang berlebihan yang harus disediakan guru untuk penelitian dalam arti yang terlalu kultus! Walau bagaimanapun setiap guru memang harus membuat administrasi guru! Coba bayangkan, dengan 2-3 penelitian persemester seorang guru telah mengumpulkan 24-36 point atau setara dengan 2-3 semester point yang di raih IKU PBM! Kemudian jika hasil PTK tersebut di sarikan dalam sebuah makalah yang merupakan kesimpulan dari penelitiannya dengan point 4 maka dari makalah yang hanya di dokumentasikan di perpustakaan sekolah, guru yang bersangkutan mengumpulkan 8-12 point yang setara dengan 1 semester PBM! Oleh karena itu mentoknya dan lamanya seorang guru naik pangkat tentu tidak akan ada lagi. Seorang guru senior bisa saja pensiun dengan pangkat lebih dari IV/a atau IV/b. karena dengan begitu tidak perlu lagi seorang guru dengan pangkat IV/a tidak naik pangkat lagi padahal telah 7-10 tahun pada pangkat golongan tersebut.

Hal ini yang sangat di sayangkan, sebab ternyata jika diperhatikan pada PAK KNP, kebanyakan guru hanya mengandalkan dari syarat perlu PBM yang bernilai kurang lebih 50,9 untuk 5 semester yang kira-kira cukuplah untuk seorang guru naik pangkat tepat waktu setiap 2,5-3th per-kenaikan pangkat. Karena sayangnya jika ada yang terlalu cepat mengajukan kenaikan pangkat pun tidak selamanya mulus, walau telah memenuhi point yang di minta. Itulah sayangnya, sepertinya memang semenjak sertifikasi guru, IKU yang ada dalam manajemen kinerja guru harus di jadikan sebagai landasan reward bagai guru. Agar kemudian kelak tumbuh lingkungan yang lebih akademis pada level pendidikan dasar dan menengah. Reformasi manajemen kinerja guru memang harus lebih kuat lagi diangkat untuk tidak saja meningkatkan profesionalitas guru tapi juga selanjutnya, kesejahteraan guru!

sepertinya kita harus mempertegas kembali?

apa yang harus kita pertegas kembali? hari-hari belakangan ini saya banyak di hadapkan pada banyak pertanyaan sederhana tentang; apa yang sedang saya pikirkan, telah atau akan saya ucapkan dan telah dan akan saya lakukan.. pertanyaan sederhana yang di mulai dari apa? kenapa? kapan? dimana? dan bagaimana? apa saya sudah menjadi orang yang ribet dengan pertanyaan seperti itu untuk setiap pikiran, ucapan dan tindakan saya? apa saya sudah memposting diri saya menjadi orang yang rijit? dan apakah kita sebagai manusia mesti atau tidak mesti seperti itu?
rasa-rasanya dalam pandangan umum kita akan terpasung pada pikiran yang umum pula. dimana hal itu agak tidak saya sukai. budaya pop dalam banyak sisi lebih banyak merepotkan saya dari pada memposisikan saya lebih baik dalam masyarakat umum. berapa hari yang lalu saya mendapatkan banyak nasihat dari salah satu acara talenta di sebuah stasiun televisi. "jangan pernah menjadi orang lain.. jadilah diri sendiri.. jangan pernah mau di stir jadi oran lain.. kamu bersinar seperti ini sekarang karena kamu sebagai dirimu adanya.." dari ucapan itu secara subjektif tentu saya ingin menjadikannya pembenaran atas tindakan saya selama ini. tetapi sebagai kaum pembelajar, ada sedikit terbersit ingin menempatkan nasihat itu secara porposional.
yang menjadi masalah kemudian kapan kita harus berpandai-pandai mengelola pendapat dan nasihat orang lain untuk tujuan memperbaiki diri kita di kemudian hari, tanpa menjadikannya satu-satunya dasar kita berubah? kapan kita mampu menempatkan diri untuk berubah menjadi lebih baik tetapi bukan untuk tujuan berubah agar sewarna dengan orang lain, atau bukan untuk tujuan agar kita diterima orang lain? dan apakah keberterimaan orang lain layak kita jadikan tolok ukur pada kemampuan kita hidup bersosial? pernah spongbob mengajari kita tentang "kenormalan" apa itu sebenarnya bergaya hidup normal seperti orang lain? apakah seseorang disebut normal karena dia 'sama dengan orang lain' pada batasan apa? spongbob mengajari kita bahwa hal itu tidak lah segamblang yang kita katakan di atas. ada banyak indikator lain yang harus kita pertimbangkan..
tetapi ada pertanyaan yang selama ini menjadi keyakinan saya yang dipertanyakan keabsahannya oleh rekan sejawat saya sesama dosen.. apa dasar orang memilih kita atas pekerjaan/jabatan/posisi tertentu? sepertinya untuk konteks Indonesia hal ini agak sulit.. tidak ada saya berhasil menemukan sebuah pola yang bisa di pahami dalam formula yang bisa dirumuskan untuk generalisasi. keyakinan sementara saya bahwa kita di pilih atas keberbedaan kita dengan kandidat yang lain.. rasanya masih akan saya pertahankan. toh juga saya belum menemukan alternatif formulasi lain..
yang kemudian kita harus pertegas adalah dasar argumen atas seluruh pikiran, ucapan dan tindakan kita.. karena pertanyaan itulah pula yang akan Allah Yang Maha Kuasa akan pertanyakan pada kita kelak.. lima pertanyaan sederhana yang menurut anda hanya sekedar meribet-ribet diri sayalah yang akan Allah tanyakan juga nanti di akhirat kelak.. Apa, Kenapa, Bagaimana,Kapan dan Dimana?.. dan jika kita persiapkan dari sekarang jawabannya.. baik-baik saja kan? ya.. itung-itung buat bahan contekan ketika di tanya di kubur kita nanti..
yang menakutkan.. kita semua, sekecil apapun adalah pemimpin dan kita akan di tanya atas apa yang kita pimpin.. hmm.. jadi surut berapa langkah.. niat ingin saling bantu dengan orang banyak.. beratnya.. tapi jika kita surut, harusnya kita berpantang.. karena; BETAPA KALAHNYA?

Selasa, 17 Agustus 2010

Remunerasi di Kementerian Agama

Belajar dari K/L yang sudah remunerasi kira kira ya seginilah tunjangan penghasilan tambahan PNS Kementerian Agama nanti, kalau ngikut metodenya MA ya mungkin 80%-70% dulu. kalo lagi sial... ya lumayan lah temen mimpi sambil nunggu buka puasa. haha


Inilah departemen yang telah melaksanakan 100 % remunerasi. Pelaksanaan remunerasi di Depkeu menjadi dasar bagi departemen lain untuk melaksanakan program serupa. Pemberian tunjangan kinerja di Depkeu mulai diterapkan tahun 2007 dengan label TKPKN (Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara) berdasarkan Kepmenkeu No. 289/KMK.01/02007.

Berikut tabelnya:

jadi kalo liat tabel ini seh.. dengan gol/pangkat/ruang II/b saya.. berarti saya dapet Rp. 2.360.000,- diluar gaji yang selama ini diterima. kalau gaji selama ini ga bisa diotak atik lagi gara gara sudah masuk anggaran istri.. berarti uang 2,36 jt lumayan lah buat modal nerusin sekolah. kalo nerusin di UNPAD program S3 Doktor Ilmu Ekonomi, konsentrasi Manajemen Keuangan Negara.. wah nombok banyak kayanya.. SPPnya kan 20jt hehe ngayal 1000% deh..
kalo buat di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia S3 Doktor Pendidikan, Ilmu Administrasi konsentrasi Kebijakan Pendidikan.. kayanya lebih realistis ya..? SPPnya kan cuma 10Jt.. jadi cukuplah.. soal yang kemaren-kemaren mah biarin aj lah itung itung cari pengalaman plus.
walau pendidikan saya sementara ini cuma jadi bahan lelucon dan cemoohan, peduli amat ah.. walau ga lazim orang dengan gol II/b dengan gelar Doktor.. toh ga ngaruh juga.. cara pandang orang tentang pendidikan itu persoalan lain. ambil contoh Dr. Sucipto ahli pindai handal Indonesia yang karyanya dipakai NASA.. liat aja dia.. sekolah Doktoral sampe ke Jepang. trus jadi ahli pindai yang mumpuni.. tapi lihat rumahnya di tanggerang.. kantornya, yang cuma ruko..?
kita, sebagai bangsa, emang belum cukup mampu menghargai pengetahuan orang. lihat contoh kasus Dr. Sri Mulyani yang hengkang ke Bank Dunia.. masih inget seorang prof dari Amerika yang orang Indonesia lulusan olimpiade fisika? atau contoh lama Dr. BJ. Habibie beserta anak anaknya..
tapi bukan berarti kita mesti patah arang. apa yang bisa kita ajarkan pada anak anak kita, kalau keberhasilan dunia kita jadikan alat ukur yang satu dan satu-satunya? memang kita harus berpikir lebih keras sebagai orang tua. memberi alasan yang lebih bisa diterima anak anak kita; kenapa kita mesti sekolah? kalau keberhasilan duniawi kita tidak bisa kita jadikan ukuran? ini memang PR bagi kita, kita yang sepemahaman bahwa seberapa beratnyapun pendidikan memang penting dan harus kita tempuhi.
semoga waktu akhirnya sanggup memberi jawaban yang lebih bisa diterima.. bahwa pendidikan tinggi itu penting.. dan layak untuk diperjuangkan!

Senin, 16 Agustus 2010

Ikanku

Ini kali ke 3 kolam renang anak-anak di tanami ikan. Kali ini kita tanamin ikan bawal item yang mirip piranha, mujair item sama mujair merahkuning.
Nanam bawal juga bukan tanpa maksud, itu biar kalo malem-malem ada yang iseng mancing di kolam kita pada kecele. Soalnya, gigi bawal itu tajem sekali. Jadi tali pancing para pencoleng itu pada putus deh.. haha.
kita juga ada teknik khusus lain soal para pencoleng ini. kolam kita, kita isi sampah dari taman, kaya daun cemara dll yang kita potong. ga kita buang, tapi kita manfaatin buat kolam. jadi pas para pencoleng itu nurunin tali pancing..nyangkut deh di daun daun itu haha. yang agak sulit musuh kita itu, ya..... kucing.
mereka yang kadang jumlahnya sekali bertamu tuh ga kira kira.. hehe.. mereka termasuk petarung juga. bisa anteng berjam jam nungguin kesempatan.
gimana engga, ikan kita juga sih yang keganjenan iseng kerjanya mejeng di permukaan air. HUH..
ya sudah lah.. yang penting kalo suatu saat ada tamu trus pas kita lagi bokek ya suruh mancing aj.. trus bakar ikan deh..  tamunya seneng.. kita juga ga mesti ngemodal lagi.. minat?

Sepi II Catatan Antologi Selepas Nol dari Jogja ke Jakarta

SAJAK CINTA PANJANG ( Nol-nol Jogja-Jakarta)



Aku mengemisimu sedikit cinta
Sampai hitam keningku kuantukkan ke batu batu yang menghampar mensajadahiku
Bagai mana aku harus menjelaskannya padamu
Walau tak satupun metapor aku gunakan
Tak satupun latin aku pakai
Kau tak juga paham, bahwa aku sungguh mencintai engkau perempuanku
Dalam setiap rindu tersisa yang aku punya

Aku merinduimu dalam cerita masa lalu
Tak lagi kini, tak lagi esok
Dan apa lagi tak mungkin bertahun ke depan

Aku lelah lagi membatu dalam setiap sel yang membangun aku
Setiap jengkalnya merayap seperti nyawa yang menghilang inci demi inci menguap bergerak perlahan di kulit putih dia yang membujur kaku

Aku lelah mengemis-ngemis lagi
Berharap kau kembali ke memori bertahun berabad lalu pertama bertemu dengan ku
Dengan cinta yang serampangan kita terjemahkan dalam setiap lagu
Seakan detik jam layak menjadi nada indah menyusun soneta
Sungguh aku lelah berharap

Aku berkali kali bilang padamu perempuanku;
Aku di akhir perjalanan
Cintai aku sejumput
Dan aku akan meluapimu sepenuh

Lalu kuteriaki setiap telinga
EUREKA!

Dan pekaklah mereka oleh cinta yang mendegupku sekeras genderang Troya
EUREKA!

Dan kau akan lihat perempuanku
Itulah senyum terakhir yang bisa kau pandangi
Karena aku sampai di akhir perjalanan

Di akhir perjalanan itu
Aku ingin engkau mendengar doaku;
Aku sepi mencintaimu
Dan sepilah aku karenanya
Tapi aku tak mau terhuyung di hadapanmu
Aku ingin kau melihat aku gagah berteriak

PEREMPUANKU! AKU CINTA KAU!

Memang tak sampai maut menjemput
Karena maut tak akan pernah sudi berkunjung kepadaku pada saat
Aku cinta kau


AKU ADALAH AYAH YANG BERCERITA PADAMU

Tak banyak yang mau ku ceritakan padamu anakku sayang
Ayahmu adalah seorang petualang yang seringkali malah terseok di ujung dunia, dipinggirnya, pinggir sekali
Taklah sampai sesenti sampai di ujung itu
Seringkali hot spot yang menghisap itu
Ayah kunjungi dengan suka rela
Suka cita malah

Untunglah Tuhanmu yang baik itu menciptakan kata hampir
Dan jadilah ayah sekedar hampir
Hampir jatuh
Hampir terjerembab
Hampir terlempar dengan setripugal yang ayah karang karang sendiri
Itulah makna limit anakku sayang
Ayah hanya hampir menuju nol
Tapi tak pernah benar benar nol, naudzubillah smoga tak pernah nol
Kalau perlu biarlah iman menjadi asimtot pertama yang menghalangi ayah menuju nol

Anak anakku sayang
Jangan lah kalian seperti ayah
Tetapkan setiap langkah kalian adalah nikmat
Dan nimat Tuhanmulah yang harus kalian rindu pada setiap detik yang mampu kalian punyai


SELEPAS NOL

Ra, matahariku
Aku rindu

Tak bisakah
Kau peluk aku malam ini
Malam ini saja

Tak lah aku meminta lebih
peluk aku
Agar tak lepas mataku dari setiap senti lekuk tubuhmu

Ra, matahariku
Aku rindu
Tak bisakah
Kau peluk aku semalaman ini
Tanpa pakaian yang tak perlu
Agar kulitku menyentuhmu
Malam ini saja

Tolong lah Ra
Kabulkan setidaknya malam ini
Seharian
Aku memelukmu
Tak bergerak
Mematung, mematut matut diri
Agar jadilah aku engkau!

Ra, matahariku
Malam ini
Dan janganlah perlu ada pagi
Agar tak perlu juga aku melepas engkau dihangatku


SELESAI

Apalagi?
Semua sudah selesai
Tinggal menunggu sineas itu menulis

TAMAT

Atau

THE END


Dan sudahlah kita mahpum
Artinya
Selesai


PENSIL

Pensil ini sudah tak lagi mendukungku
Seperti kau, kamu dan engkau
Menumpul
Tak jelas lagi makna yang di maksud

Jika pensil ini sja sudah tak mendukungku
Siapa lagi yang harus berkata
Aku bangga mengenal dan menggantungkan harapan atasmu?

Jika pensil ini sja berpaling
Sedihlah aku
Karena aku tak lagi ada


MENUNGGU

Aku masih menunggu
Berharap dalam kantuk yang maha
Aku rindu

Hangatnya
Di pelukmu


TUHAN YANG KURANG KERJAAN

Memandang langit langit gerbong kereta ini
Berharap entah alasan apa yang Tuhan buat
Aku melihatmu disitu berbaris berderet
Dan kucium keningmu lembut

Ah Tuhan, ada ada saja kau
Tak perlu lah kau buat yang tak perlu
Tak perlu kau bikin bikin alasan

Karena terus terang Tuhan
Aku tidak lagi tertarik
Walau sekedar menghayalkan itu



TRUS..

Terantuk
Aku tahan

Lagi
Dan lagi

Akupun menyerah
Aku tidur

Kita lanjutkan lagi
Besok
Atau lebih baik..

Segera!


NINA BOBO

Berjam jam aku berusaha melelapkan mataku
Memberatinya dengan logam maha karyaku sendiri

Cup-Cup-Cup
Tidurlah diriku, duhai sayang
Tidurlah engkau segera
Biarlah esok menjadi sekedar rahasia Tuhanmu belaka

Cup-Cup-Cup
Lelaplah engkau wahai diriku
Nina bobokanlah engkau dengan lagu pengantar tidur terhebatmu
Janganlah kau bersedih sedemikian
Tak kah kau malu
Untuk apa kau ratapi mimpimu itu
Tidak kah kau berpikir
Setidaknya sekali wahai sayangku
Jika saja kau teruskan
Siapa jaminanmu mimpi itu membahagiakanmu

Cup-Cup-Cup
Sudahlah duhai diriku sayangku
Badai boleh membasahimu
Tapi bukan sama sekali jadi alasan masuk akal bagimu bertukar dengan basah air di pipimu
Jadilah kau memalukan
Jika kau sampai sedemikian begitu
Ayolah duhai diriku
Aku masih ada untuk mu
Dan ikhlas berpikir terbaik untukmu
Untuk masa depanmu
Untuk karirmu
Untuk cintamu
Untuk engkau; diriku
Duhai diriku tersayang
Masih ada bayangan untukmu
Sehitam apapun ia dalam pandangmu diamasih ada
Disamping kirimu
Disamping kananmu
Di belakangmu
Bahkan di depanmu
Menjadi dirimu seutuhnya
Tak perduli orang benderang menyorotimu
Duhai diriku tersayang
Setidaknya masih ada kertas dan pensil ini untukmu
Tidak kah engkau sadar duhai diriku terkasih
Dia sabar ada untukmu
Menjadi tumpuan kesedihanmu
Menopang seluruh rencanamu
Ikhlas kau peralat memaki maki
Bahagia menjadi lidahmu atas suka citamu

Cup-Cup-Cup
Duhai diriku
Apakah lagi selain itu yang kau harapkan?
Kau telah berhasil menemukan yang Rikuto perintahkan kepadamu
Yang bijaksana (pikiranmu)
Yang berani (bayanganmu)
Yang terpercaya (kertas dan pensilmu)
Kau tinggal menentukan dua lagi orang kepercayaanmu yang akan mengantarkanmu menjadi soerang Maha
Yang bersedih
Yang bimbang
Yang cepat
Yang perkasa
Yang manusia biasa
Karena duhai diriku terkasih
Ketika kau sempurna menjadi manusia biasa
Maka mahalah engaku
Dan
Maha lah diriku

Cup-Cup-Cup
Tenanglah engkau sekarang wahai diriku
Ternyata kau telah banyak berkawan
Janganlah kau bersedih lagi
Janganlah kau bersepi lagi
Duhaidiriku
Bahagialah engkau
Setidaknya kau masih punya tiga orang kawan terpercaya
Pikiranmu
Bayanganmu
Kertas dan pensilmu

Duhai diriku terkasih
Duhai pikiranku
Duhai bayanganku
Duhai kertas dan pensilku
Terima kasih selarut ini
02.40 engkau masih berkenan bersama saling menjaga, menasihati, mencintai

dan karenanya hilanglah aku
dalam landscape kesepian yang menderaku seharian ini

diriku
bahagialah engkau!


EDITING

Jelas aku tak terkena scizo dan masih cukup waras sampai selarut ini
Karena aku masih mampu memerintah tanganku bergerak mencetak sebagian database sel abu otakku

Jelaslah aku belum cukup rabun
Karena masih cukup alasan bagiku mengoreksi setiaphurup printout cetak tangan ini
Membacanya berulang berulang berulang
Lalu dengan bodohnya menangisinya menangisinya menangisinya
Seakan menikmati roman tolol khas remaja
Meratapi hurup hurup peyot keriput
Mengasihani satu persatu
Kemudain berkesimpulan

Memalukan
Kok bisanya aku mengenal orang seperti ini
Tokoh bloon yang meratapi cinta
Seakan romantisme kiamat benar adanya

Tolol sekali


JAM KETIGA

Jam ketiga
Bergerak dari nol
Tiga jam

Berputar di tempat itu itu juga
Dalam cerita yang miskin warna

Itu itu juga
Itu itu juga

Ya sudah lah


AKHIRNYA!

Akhirnya
Ada juga walau tak hanya
Pensil yang mulai menumpul

Tak ada lagi
Puas sudah semuanya!


Darmawan, dalam perjalanan Jogja-Jakarta empat jam penuh merenung dan empat jam penuh menuliskannya. 16-12-2009. kereta malam. Gerbong satu-9D. 05.00 pagi

refleksi: makna kehormatan

apa itu kehormatan?


orang akan menjelaskan dari berbagai dimensi, ketika di tanya pada pertanyaan yang sama. semua dengan dasar argumen yang berbeda. dengan asumsi dan basic pengetahuan yang berbeda. orang akan menjawab dengan tingkat objektifitas dan subjektifitas yang kita akan terkaget-kaget sendiri. karena pada waktu orang ditanya sesuatu yang menyangkut palsapah hidup, maka relatif yang pertama kali orang lakukan adalah "menduri landak" mempersiapkan setiap duri yang ada dalam tubuh kita, membentengi diri, mempertahankan eksistensi setiap pribadi. dan hal itu tentu lumrah adanya.

kita memang terlahir untuk di hantam keadaan, keadaan yang kita ciptakan sendiri atau keadaan yang diciptakan orang lain.

kenapa ada keadaan yang kita ciptakan sendiri?

relatif dari kita tentu punya keinginan, sebagai basic dari keadaan manusia hidup. karena ketika kita berhenti berkeinginan maka hakikatnya kita telah mati. dalam proses pemenuhunan keinginan itu, kita sebagai manusia berakal akan berstrategi, mempersiapkan rencana terbaik, kemudian melaksanakannya dengan segenap kemampuan. dari rangkaian pemenuhan itu, kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa; semakin besar keinginan kita maka makin besar pula hantaman yang akan kita dapat. janganlah kemudian kita bermimpi; angin datang sepoi-sepoi ketika kita mengarungi samudra mencapai pantai harapan. jangan pernah bermimpi sebodoh itu! jadi ketika kita berhadapan dengan ombak setinggi angkasa, petir yang membutakan, hujan batu dalam setiap senti.. jangan mengeluh! banggalah kita seharusnya! karena sebentar lagi badai akan berakhir, dan lihatlah di depan itu.. langit indah dengan cerahnya! tetapi alangkah bodohnya kita jika kita melihat jauh di kaki bukit orang bahagia dengan tenangnya.. tak satupun badai menghampirinya tak satupun petir memekakkan telinganya.. bodohlah kita kalau berpikir seperti itu.. tentu saja begitu karena kita sebentar lagi mencapai puncak gunung.. dan mereka... jauhhh di kaki gunung sana!

pernah ada cerita bodoh sampai ke telingaku: di suatu masa.. di negeri antah berantah. ada seorang yang tiap hari memancing ikan, jalan-jalan tidak tentu arah.. ketika dia ditanya orang "kok bisa hidupnya santai-santai begitu, ayo dong kerja keras seperti yang lain?" orang itu menjawab dengan tenang "apa itu hakikat bekerja keras?" yang bertanya menjelaskan "bekerja untuk hari esok agar kita bisa menikmati

hari tua.. bersantai.." kemudian orang yang di tanya pun membalas "kalau saya bisa menikmati kesantaian itu hari ini.. kenapa saya harus menunggu esok.. jauuuuh di masa tua yang belum tentu saya alami.. karena mungkin saja saya mati besok?" haha kita tentu mahpum dengan cara berpikir model begini.. dan hanya setiap kita yang layak mencapai puncak lah yang dengan santai bisa menjawab pertanyaan seperti ini!

keadaan yang di ciptakan orang lain?

kenapa ada? jawabannya sangat sederhana.. mereka yang jauuuuuh di kaki gunung itu, kaget. terperangah.. begitu sadar betapa dekatnya kita dengan puncak gunung. sementara dia ada jauh di belakang kita! dia berpikir keras.. apa yang bisa dia lakukan..? berlari sekuat-kuatnya? wah.... kemudian terlintas di kepala mereka "kalau saja puncak gunung itu tidak ada???" dari logika picik itulah mereka memulai.. maka dengan segala daya mereka akan gerogoti kaki gunung tempat mereka berpijak. mereka keruk dengan mesin yang bisa mereka bayar, mereka kalau perlu mengeruk kaki gunung dengan tangan berdarah-darah. yang penting dalam kepala mereka kita jangan sampai ke puncak gunung emas itu!

para petarung!

bersiaplah mencapai puncak.. karena bodohnya mereka! jika mereka terus keruk kaki gunung tempat mereka berpijak.. dimana mereka akan berpijak?? dan bodohlah mereka karena makin dalam mereka mengeruk.. makin besar kemungkinan mereka tertimbun longsor.. longsor kemenangan kita!

biarlah para pecundang yang panik itu. biarlah mereka panik melihat kita yang makin mendekati puncak! biarlah kita akhirnya menang!

itulah makna kehormatan.. kita boleh berkeinginan setinggi langit! buang jauh-jauh memasang target di langit-langit! tapi.. ketika kita berusaha mencapai puncak langit itu.. janganlah kita halalkan segala cara. apalagi dengan cara menumpahkan kebencian kita pada orang yang menggapai langit! kalaulah langit ingin kita raih.. raihlah dengan kemampuan terbaikmu! bukan dengan cara meruntuhkan langit..



kepada setiap kamu!
hormatilah dirimu dengan menghormati kemanusiaanmu!
karena ketika kau telah menjadi manusia..
maka terhormatlah kamu!

Eli, Eli, Lema Sabachthani

Kamu masih ingat; cinta yang kutitipkan padamu kemarin pagi?

waktu aku dan Kau saling berbisik, tentang cinta yang pernah kutitipkan padamu entah kapan berbulan lalu

ah
rasanya Engkau lupa
kalaulah Kau tidak lupa
kenapa setiap malam aku mengeluh
Eli, Eli, Lema Sabachthani

ah
rasanya
Engaku memang lupa

Bagaimana aku mesti mengingatkanmu?