Minggu, 03 Juni 2012

MEMAHAMI PENTINGNYA PERSOALAN STABILITAS KURS MATA UANG RUPIAH

Darmawan
Program Doktor Ilmu Manajemen kons Manajemen Keuangan
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
PNS di lingkungan Kementrian Agama RI
darmawanmpa@windowslive.com


Tingkat kepentingan kurs secara sederhana bisa di gambarkan sebagai berikut: foreign trade involves the use of different national currencies. The foreign exchange rate is the price of one currency in term of another currency. The foreign exchange rate is determined in the foreign exchange market, which is the market where different currencies are traded.  (Samuelson – Nordhaus, 1998 : 677). Jadi kurs menjadi pokok pembicaraan penting karena perdagangan luar negeri melibatkan penggunaan mata uang negara yang berbeda. Kurs valuta asing adalah harga dari sebuah mata uang terhadap mata uang lain pada waktu tertentu. Tingkat kurs mata uang menetapkan pasar perdagangan luar negeri, yaitu pasar dengan mata uang yang berbeda diperdagangkan.

Pentingnya sistem keuangan internasional dijelaskan oleh ekonom Robert Solomon (1977: 1,7): Like the traffic light in a city, the international monetary system is taken for granted until it begin to malfunctioning and to disrupt people’s live…. A well-functioning monetary system will facilitate international trade and investment and smooth adaptation to change. A monetary system that functions poorly may not only discourage the development of trade and investment among nations but subject their economies to disruptive shocks when necessary adjustment to change are prevented or delayed. Menurut Solomon, seperti halnya lampu lalu lintas, sistem keuangan internasional mengambil dana sampai terjadi tidak berfungsi dan merusaknya pada kehidupan masyarakat. Sistem keuangan yang baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi serta menghaluskan adaptasi perubahan. Sebuah sistem keuangan yang berfungsi kurang baik mungkin tidak hanya mengecilkan perkembangan dari perdagangan dan investasi dari sebuah negara tetapi akan mengacaukan perekonomian pokok ketika penyesuaian yang diperlukan untuk berubah tersedia atau setidaknya memperlambat. Jadi elemen sentral dari sistem keuangan internasional melibatkan pengaturan di mana kurs valuta sebagai bagiannya.   

Menurut Faisal Basri (2002: 22) Agenda terpenting adalah memahami sejernih-jernihnya kecenderungan yang terjadi pada sistem keuangan global. Keadaan sekarang ini tidak bisa ditoleransi lagi. Betapa tidak, transaksi valuta asing di seluruh dunia telah mencapai lebih dari US$ 1 triliun sehari. Dalam 12 tahun terakhir nilai transaksi valuta asing meningkat dramatis, jauh melampaui transaksi barang. Dalam keadaan seperti ini, negara – negara akan berada pada posisi yang sangat rentan.

Dalam 50 memorandum of economic and financial policies (MEFP) yang wajib dilaksanakan oleh negara yang bermaksud menjaga stabilitas kursnya. Hampir seluruh butir harus dilaksanakan secepatnya. Banyaknya kata immediately bermakna jelas getting the prices right. Artinya harga yang terbentuk di pasar untuk segala barang dan jasa harus mencerminkan nilai kelangkaan yang sebenarnya, sehingga proses pembentukan harga terbebas dari berbagai macam distorsi.  

Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa tingkat stabilitas mata uang rupiah merupakan variabel yang paling sensitif terhadap akar permasalahan utama yang menghadang gerak maju perekonomian Indonesia. Maka tidak heran jika hingga sekarang ini nilai tukar rupiah merupakan variabel yang paling menjadi pusat perhatian (Faisal Basri: 2002). Pertanyaan yang mucul kemudian adalah faktor apa saja yang menyebabkan instabilitas kurs mata uang Rupiah? Faktor apa saja yang mempengaruhinya?

Almizan Ulfa (2003 : 21 - 44) dalam penelitiannya menemukan bahwa Stabilitas kurs (exchange rates) selain dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonekonomi. Peran faktor non-ekonomi ini seperti kredibilitas suatu rezim yang sedang berkuasa dalam banyak kasus sangat menentukan. Penelitiannya ini mencoba membuat analisis komparatif stabilitas kurs rupiah dalam perspektif masa pemerintahan Presiden Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Hasil analisis dengan motode  range dan koefisien variasi menunjukan bahwa Presiden Habibie paling berhasil mengangkat keterpurukan rupiah dan Presiden Megawati paling berhasil mempertahankan stabilitas kurs rupiah.

Penelitian Didi Nuryadin dan Bagus Santoso (2004 : 273-296) menunjukkan bahwa, Konsistensi yang dipenuhi oleh variabel perbedaan jumlah uang beredar (DLM) dan perbedaan pendapatan nasional (DLY). Variabel tingkat suku bunga menunjukkan arah yang berbeda pada kedua model, pada model neraca pem  bayaran tingkat suku bunga memberikan tekanan negatif terhadap nilai tukar dan pada model moneter sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan karena  tingginya perbedaan tingkat suku bunga akan menyebabkan aliran modal masuk dengan disertai apresiasi mata uang domestik berlaku. Di sisi lain suku bunga domestik yang tinggi sering mencerminkan tingginya harapan inflasi di negara tersebut, karena itu mengakibatkan depresiasi mata uang domestik.

Menurut Sugeng dkk (2010 : 312 – 355) dalam penelitiannya, nilai tukar memengaruhi perkembangan harga dan output perekonomian.Pengaruh nilai tukar pada harga pada first round effect - yaitu dari nilai tukar ke harga impor - relatif kuat dan signifikan, namun pada second round effect-nya ke harga konsumen lebih terbatas. Pengaruh nilai tukar ke ekspor dan impor hanya signifikan di jangka pendek dengan pengaruh yang lebih signifikan ke impor. Ekspor dan impor selanjutnya berpengaruh terhadap output perekonomian. Selain itu dampak asimetrik nilai tukar juga terjadi di dalam perekonomian. Dampak depresiasi nilai tukar lebih besar dibandingkan dampak apresiasi terutama dampak langsung terhadap ekspor dan impor. Perbedaan ini menimbulkan akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda.

Berdasarkan paparan tersebut bisa di simpulkan bahwa kurs mata uang merupakan persoalan penting dalam perekonomian negara. Stabilitas kurs mata uang rupiah sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Banyak hal yang mempengaruhi stabilitas kurs mata uang rupiah seperti stabilitas keuangan regional, perdagangan regional, dan tingkat investasi. Untuk memberikan nilai tambah topik bahasan stabilitas kurs mata uang rupiah sebelumnya, tulisan – tulisan saya berikutnya akan lebih difokuskan pada dampak manajemen pengeluaran pemerintah terhadap inflasi dan implikasinya terhadap stabilitas kurs mata uang rupiah. Untuk kelengkapan analisis, dilakukan analisa jalur untuk memahami hubungan masing – masing jalur dan analisa time series untuk memberikan pemahaman yang cukup terhadap forecasting masing – masing series. Analisa selanjutnya diarahkan pada besaran pengeluaran pemerintah pada triwulan terakhir. Data yang diambil adalah data dari tahun 2005 – 2011 dengan asumsi ketersedian data keuangan pemerintah mulai tersedia dengan baik sejak diterapkannya sistem akuntansi pemerintah pada tahun 2005.

Semoga tulisan berikutnya akan segera menyusul dengan analisa yang baik, baik secara administrasi negara, ekonomi pembangunan maupun dalam lingkup ilmu manajemen keuangan negara. Amien.

1 komentar: