Minggu, 12 Mei 2013
Masa Depan
apa sih masa depan itu?
sering kali saya, istri dan semua anak-anak berdiskusi - berdebat lama soal ini. apa sebenarnya masa depan itu? seberapa besar perhatian kita harus di berikan pada masa depan? dan mana yang harus kita pertimbangakan dengan derajat yang lebih besar? masa lalu? masa kini? apa masa depan? sering kali ketika saya menina bobokan anak-anak setiap malam saya bersenandung buat mereka
jangan hiraukan
awan hitam, petir atau banjir
masih ada pepohonan yang di tanam sebelum kamu lahir
jangan takutkan
masa depan, kini atau nanti
masih ada kesempatan yang ketemu bila kau cari
matahari membagi rata sinarnya
air laut membagi adil asinnya
batu gunung sekeras pada semua
padi jagung berbuah pada musimnya
jangan takutkan hantu blau, setan dan berhala
...
padahal sebagai orang tua masa depan anak itu tentu akan menjadi pertimbangan yang besar. pernah suatu kali, ketika anak saya merengek meminta uang saku, dan tidak saya kasih.. tetangga protes trus dia bilang "buat apa kita sebagai orang tua mencari nafkah kalau tidak untuk kebahagiaan anak?" pernah kaka saya tercinta rahmat soegandar menasihati saya "buat apa menyenangkan diri dengan sekolah terus? sementara uang itu cukup untuk membahagiakan anak anak kamu hari ini?"
pertanyaan ini terus menghantam saya berhari-hari ini.. masa depan hmm.. pernah juga sebagai laki-laki saya berpikir bahwa apakah ini masa depan saya? sebagai laki-laki yang bukan laki-laki baik-baik.. sering sekali saya tersandung.. berbagi rencana masa depan dengan orang lain.. hmm masa depan.. begitu membingungkan dalam pencarian hidup saya yang sering kali ambisius ini.. ketika prof Jam'an satori bertanya pada saya, "apa yang menjadi harapan kamu di masa depan, sementara kamu hanya seorang pegawai Tata usaha belaka? saya tidak paham pa darmawan, kenapa departemen anda tidak menggunakan keahlian anda?" hmm masa depan versi pa prof ini yang kembali mementahkan kesepakatan-kesepakatan saya sama anak-anak kemarin. kembali saya berpikir keras. apa itu masa depan? apakah kita terlalu naif dan menutup mata terhadap masa depan yang cuma beberapa detik di depan itu? apakah kita yang menikmati hidup sekarang juga sedang menikmati masa depan? karena setiap detik di depan kita adalah juga masa depan? kenapa kita mesti menunggu masa depan yang entah kapan itu? bukankah egoisme kita terhadap personifikasi masa depan sering kali membuat kita gagal memahami masa depan?
hmm.. rasanya harus ada kombinasi yang mix antara menikmati masa depan yang cuma beberapa detik dimuka itu dan masa depan yang entah kapan itu. sayangnya Ra.. matahariku.. ternyata saya meminta terlalu banyak ya..? hmm memang terkadang rasa lapar dan haus saya terhadap kebahagiaan masa depan yang beberapa detik di depan itu memang berlebihan ya? harus saya akui.. saya bukanlah laki-laki hebat yang ingin kau kenal itu.. aku lah saya yang ini ada di hadapanmu.. yang mencoba membahagiakan masa depan dirinya di tengah kelelahan membahagiakan komitmen masa depan.. masa depan rencana kita yang kadang sulit saya pahami, itukah saya yang di depan itu.. maaf.
bumi mu yang mencoba selalu biru.. Darmawan Soegandar. yang mencoba belajar setiap detik. yang mencoba memahami setiap menit. yang akhirnya selalu tersesat di sel-sel otak yang kadang semrawut tak jelas ujung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar