Awalnya benak saya menerawang jauh, hampir melampaui batas-batas
ruang dan waktu, tentang begitu hebohnya orang disekitar saya.
Kehebohan yang hanya mempermasalahkan persoalan dunia yang sepele
belaka, persoalan duniawi yang terlalu kampungan untuk disebut
ber-esensi. Kita, barangkali, memang terlalu mudah untuk bereaksi pada
hal-hal yang berhubungan dengan kita,
pekerjaan rutin kita. Lalu menganggap setiap pergerakan orang lain yang
berhubungan dengan itu sebagai sebuah ancaman. Yang menjadi masalah
adalah, kita akan semakin lelah, tidak hanya karena memang pekerjaan
kita; melelahkan kita karena pekerjaannya sendiri. Tetapi kita juga
akhirnya kelelahan karena menghabiskan waktu yang tak perlu atas
reaksi-tanggapan-dan pergerakan orang yang berhubungan dengan pekerjaan
kita itu.
Dimanakah
masalahnya? bukankah rugi kerja keras kita itu, yang mungkin terbersit
kita lalukan dengan ikhlas itu, menguap begitu saja. Hanya karena reaksi
kita atas reaksi orang lain, yang menyudutkan kita pada kegilaan yang
tak perlu? Cobalah sedikit meluangkan waktu: Apakah tujuan dari apapun
yang kita lakukan dalam hidup kita itu? Hanya semata karena ikhlas kah?
atau karena gila pujiankah? Sehingga kemudian kita harus mengulang-ulang
mengatakan pada semua orang yang kita temui tentang apa yang telah kita
kerjakan itu? Rasanya mubajir shalat-shalat kita, sujud berjam-jam,
hanya sekedar untuk menghapus dosa tak perlu ini, dan tak sedikitpun
karenanya menabung amal ibadah.
Mungkin kita harus sering-sering mengikat kata-kata Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad ini: "Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan." Dan itu telah sering terbukti diantara kita: Kita meributkan sesuatu yang terlalu sepele, hanya sekedar untuk meributkan jabatan kelas teri dan tak begitu bermakna, jangankan dimata Allah, Tuhan kita itu. Tetapi cobalah sedikit merenung, ternyata yang kita ributkan itu seringkali bahkan terlalu sepele, dimata kita sendiri. Kelak, begitu kita selesai meributkan masalah tak penting itu, kita malu... Dan persaudaraan diantara kita sudah terlanjur hilang... tergerus kesombongan dan ego masing-masing kita. Kita sepatutnya malu, dan kita juga sepatutnya mulai takut.. bukankah kata Allah "akan hilang rahmat-Nya ditengah-tengah orang yang memutuskan tali silaturahmi?"
Kita memang sepatutnya malu, meributkan sesuatu yang sepele.. terlalu sepele. Padahal kita sama-sama tahu, itu hanyalah kegilaan yang tak perlu. Lagi pula, Ini bulan Ramadhan Bung!
Mungkin kita harus sering-sering mengikat kata-kata Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad ini: "Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan." Dan itu telah sering terbukti diantara kita: Kita meributkan sesuatu yang terlalu sepele, hanya sekedar untuk meributkan jabatan kelas teri dan tak begitu bermakna, jangankan dimata Allah, Tuhan kita itu. Tetapi cobalah sedikit merenung, ternyata yang kita ributkan itu seringkali bahkan terlalu sepele, dimata kita sendiri. Kelak, begitu kita selesai meributkan masalah tak penting itu, kita malu... Dan persaudaraan diantara kita sudah terlanjur hilang... tergerus kesombongan dan ego masing-masing kita. Kita sepatutnya malu, dan kita juga sepatutnya mulai takut.. bukankah kata Allah "akan hilang rahmat-Nya ditengah-tengah orang yang memutuskan tali silaturahmi?"
Kita memang sepatutnya malu, meributkan sesuatu yang sepele.. terlalu sepele. Padahal kita sama-sama tahu, itu hanyalah kegilaan yang tak perlu. Lagi pula, Ini bulan Ramadhan Bung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar