Rabu, 10 September 2014

Mencarimu:

Dalam berapa siang ini kusempatkan lagi mencarimu. Disudut-sudut waktu. Disela-sela jemari. Berharap mungkin sekali ini kau terselip disalah satunya. Hari jelas belum begitu sore, jadi tak mungkin keberadaanmu sulit terpasti. Tapi, entah kenapa, kali ini tak juga kutemui kau disemua titik yang paling mungkin.
Dalam berapa siang ini kusempatkan lagi mencarimu. Entah kenapa kau menjadi lebih penting dari apapun itu. Jangankan sekedar makanan atau mungkin minuman yang biasa kau reguk juga. Udara, mungkin kalah penting kali ini.
Pikiranku penuh sesak dengan mereka, kita dan entah bertumpuk dalam berbagai kata ganti yang pernah ku kenal. Berdesakkan berusaha masuk dalam sel otakku. Berkecamuk. Saling berperang berebut pengaruh. Memukul, saling tendang, mencekik dan apapun itu untuk menguasai jiwaku. Mengambil alih tubuh rentaku, mengaku-aku, menjadikanku mereka. Mewakili tak saja jasad, tapi ruh!
Tubuhku limbung dengan berjuta bisikkan ditelingaku. Menyuruhku melakukan ini dan itu. Mengatur langkah kakiku kearah yang tak pernah kupaham betul. Berkali aku menghirup udara, padahal dadaku penuh! Entah dimana lagi udara mesti kutaruh. Paru-paru semakin kembung, memanas, mengembang, menunggu meledak tak mampu lagi menampung udara yang terus dilesakkan.
Rasanya gila,..
Mencarimu, akhirnya,..
Sulitnya minta ampun,..
Padahal, untuk menjadi gila, rasanya agak takut. Apakah aku mampu? Itupun kalau gila memang mesti jadi pilihan. Padahal, yang ku tahu. Dalam berapa hari ini, aku tak lagi merasa punya pilihan. Terkadang terbersit, kalaupun ada pilihan,.. apakah aku sanggup memilih.
Dahulu, aku percaya betul. Taklah ada yang layak kupercaya. Bahkan diriku sendiri. Kalau lah ya ia layak ku percaya: kenapa ia biarkan aku jatuh makin jauh?
Untunglah, aku masih cukup beriman. Untuk tak menjadi gila, atau bahkan konyol bunuh diri. Untunglah, aku cukup malu untuk menjadi orang gila. Dan, aku cukup takut untuk memilih bunuh diri.
Biarlah, setidaknya,.. ditempatku kini,.. aku menjadi manusia yang merdeka. Bebas untuk membiarkan pikiranku mengangkasa jauh. Tak sekedar merasuk langit. Tapi merambah jauh kedalam hati mu, hati engkau. ( itupun jika kau masih punya hati )


Cisarua. Januari, 2015. Dalam kamarku yang damai, menghirup udara paling menenangkan yang pernah aku tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar