nak,...
Ayah melakukan kesalahan fatal. Gaya ayah dalam memandang harga diri ternyata bisa menjadi bumerang. Bagi kita, yang menjadikan harga diri sebagai nilai tertinggi dalam faktor pembangun nilai.. Ternyata bisa menjadi bumerang. Sering kali ayah lupa, bahwa ayah kini memiliki kalian,.. dan memiliki ratusan murid yang tanggung dalam proses belajar bersama ayah. Harapan yang di sandarkan kalian dan murid-murid pada ayah, terlalu bodoh untuk dibuang dan dipandang dengan sebelah matapun!
nak,...
Sayangnya,.. ayah laki - laki yang tak terbiasa lari jika ada yang menantang. Ayah mungkin pura - pura lupa, kita tak lagi sedang ada dijaman prabu sri badungga maharaja Siliwangi,.. dimana kelaki-lakian dihitung berdasarkan keberanian bertarung untuk saling membunuh jika perlu.
nak,...
19 tahun lalu uwa kalian, kaka ayah. Mengajari hal penting ketika suatu ketika ayah bercerita betapa kurang ajarnya preman di Bandung ketika ayah pertama kali datang. Beliau mengajari ayah:
"wan, punya cita-cita?"
"ya,.." kata ayah.
"punya harapan, kelak cita-cita itu tercapai?" kata uwa melanjutkan pertanyaan.
"tentu,.." kata ayah. "tak sedetikpun iwan ragu bahwa kelak cita-cita iwan akan tercapai"
"nah,... mereka wan,.. preman-preman itu tak punya! Jadi, kita mempertaruhkan masa depan yang kita yakin sekali akan kita raih. Sedangkan mereka tak mempertaruhkan apapun. Apa layak nyawa kita dipertaruhkan dengan sesuatu yang tak sebanding?
nah, nak,...
Itulah yang menghentak ayah barusan... kita punya masa depan. Bertaruhlah dengan layak, pilih lawan yang layak. Nyawa itu mahal,... tapi jika kelak kalian menemukan lawan yang layak itu. JANGAN MUNDUR! BUNUH SAJA!!!
Ayah melakukan kesalahan fatal. Gaya ayah dalam memandang harga diri ternyata bisa menjadi bumerang. Bagi kita, yang menjadikan harga diri sebagai nilai tertinggi dalam faktor pembangun nilai.. Ternyata bisa menjadi bumerang. Sering kali ayah lupa, bahwa ayah kini memiliki kalian,.. dan memiliki ratusan murid yang tanggung dalam proses belajar bersama ayah. Harapan yang di sandarkan kalian dan murid-murid pada ayah, terlalu bodoh untuk dibuang dan dipandang dengan sebelah matapun!
nak,...
Sayangnya,.. ayah laki - laki yang tak terbiasa lari jika ada yang menantang. Ayah mungkin pura - pura lupa, kita tak lagi sedang ada dijaman prabu sri badungga maharaja Siliwangi,.. dimana kelaki-lakian dihitung berdasarkan keberanian bertarung untuk saling membunuh jika perlu.
nak,...
19 tahun lalu uwa kalian, kaka ayah. Mengajari hal penting ketika suatu ketika ayah bercerita betapa kurang ajarnya preman di Bandung ketika ayah pertama kali datang. Beliau mengajari ayah:
"wan, punya cita-cita?"
"ya,.." kata ayah.
"punya harapan, kelak cita-cita itu tercapai?" kata uwa melanjutkan pertanyaan.
"tentu,.." kata ayah. "tak sedetikpun iwan ragu bahwa kelak cita-cita iwan akan tercapai"
"nah,... mereka wan,.. preman-preman itu tak punya! Jadi, kita mempertaruhkan masa depan yang kita yakin sekali akan kita raih. Sedangkan mereka tak mempertaruhkan apapun. Apa layak nyawa kita dipertaruhkan dengan sesuatu yang tak sebanding?
nah, nak,...
Itulah yang menghentak ayah barusan... kita punya masa depan. Bertaruhlah dengan layak, pilih lawan yang layak. Nyawa itu mahal,... tapi jika kelak kalian menemukan lawan yang layak itu. JANGAN MUNDUR! BUNUH SAJA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar