Senin, 16 Agustus 2010

refleksi: makna kehormatan

apa itu kehormatan?


orang akan menjelaskan dari berbagai dimensi, ketika di tanya pada pertanyaan yang sama. semua dengan dasar argumen yang berbeda. dengan asumsi dan basic pengetahuan yang berbeda. orang akan menjawab dengan tingkat objektifitas dan subjektifitas yang kita akan terkaget-kaget sendiri. karena pada waktu orang ditanya sesuatu yang menyangkut palsapah hidup, maka relatif yang pertama kali orang lakukan adalah "menduri landak" mempersiapkan setiap duri yang ada dalam tubuh kita, membentengi diri, mempertahankan eksistensi setiap pribadi. dan hal itu tentu lumrah adanya.

kita memang terlahir untuk di hantam keadaan, keadaan yang kita ciptakan sendiri atau keadaan yang diciptakan orang lain.

kenapa ada keadaan yang kita ciptakan sendiri?

relatif dari kita tentu punya keinginan, sebagai basic dari keadaan manusia hidup. karena ketika kita berhenti berkeinginan maka hakikatnya kita telah mati. dalam proses pemenuhunan keinginan itu, kita sebagai manusia berakal akan berstrategi, mempersiapkan rencana terbaik, kemudian melaksanakannya dengan segenap kemampuan. dari rangkaian pemenuhan itu, kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa; semakin besar keinginan kita maka makin besar pula hantaman yang akan kita dapat. janganlah kemudian kita bermimpi; angin datang sepoi-sepoi ketika kita mengarungi samudra mencapai pantai harapan. jangan pernah bermimpi sebodoh itu! jadi ketika kita berhadapan dengan ombak setinggi angkasa, petir yang membutakan, hujan batu dalam setiap senti.. jangan mengeluh! banggalah kita seharusnya! karena sebentar lagi badai akan berakhir, dan lihatlah di depan itu.. langit indah dengan cerahnya! tetapi alangkah bodohnya kita jika kita melihat jauh di kaki bukit orang bahagia dengan tenangnya.. tak satupun badai menghampirinya tak satupun petir memekakkan telinganya.. bodohlah kita kalau berpikir seperti itu.. tentu saja begitu karena kita sebentar lagi mencapai puncak gunung.. dan mereka... jauhhh di kaki gunung sana!

pernah ada cerita bodoh sampai ke telingaku: di suatu masa.. di negeri antah berantah. ada seorang yang tiap hari memancing ikan, jalan-jalan tidak tentu arah.. ketika dia ditanya orang "kok bisa hidupnya santai-santai begitu, ayo dong kerja keras seperti yang lain?" orang itu menjawab dengan tenang "apa itu hakikat bekerja keras?" yang bertanya menjelaskan "bekerja untuk hari esok agar kita bisa menikmati

hari tua.. bersantai.." kemudian orang yang di tanya pun membalas "kalau saya bisa menikmati kesantaian itu hari ini.. kenapa saya harus menunggu esok.. jauuuuh di masa tua yang belum tentu saya alami.. karena mungkin saja saya mati besok?" haha kita tentu mahpum dengan cara berpikir model begini.. dan hanya setiap kita yang layak mencapai puncak lah yang dengan santai bisa menjawab pertanyaan seperti ini!

keadaan yang di ciptakan orang lain?

kenapa ada? jawabannya sangat sederhana.. mereka yang jauuuuuh di kaki gunung itu, kaget. terperangah.. begitu sadar betapa dekatnya kita dengan puncak gunung. sementara dia ada jauh di belakang kita! dia berpikir keras.. apa yang bisa dia lakukan..? berlari sekuat-kuatnya? wah.... kemudian terlintas di kepala mereka "kalau saja puncak gunung itu tidak ada???" dari logika picik itulah mereka memulai.. maka dengan segala daya mereka akan gerogoti kaki gunung tempat mereka berpijak. mereka keruk dengan mesin yang bisa mereka bayar, mereka kalau perlu mengeruk kaki gunung dengan tangan berdarah-darah. yang penting dalam kepala mereka kita jangan sampai ke puncak gunung emas itu!

para petarung!

bersiaplah mencapai puncak.. karena bodohnya mereka! jika mereka terus keruk kaki gunung tempat mereka berpijak.. dimana mereka akan berpijak?? dan bodohlah mereka karena makin dalam mereka mengeruk.. makin besar kemungkinan mereka tertimbun longsor.. longsor kemenangan kita!

biarlah para pecundang yang panik itu. biarlah mereka panik melihat kita yang makin mendekati puncak! biarlah kita akhirnya menang!

itulah makna kehormatan.. kita boleh berkeinginan setinggi langit! buang jauh-jauh memasang target di langit-langit! tapi.. ketika kita berusaha mencapai puncak langit itu.. janganlah kita halalkan segala cara. apalagi dengan cara menumpahkan kebencian kita pada orang yang menggapai langit! kalaulah langit ingin kita raih.. raihlah dengan kemampuan terbaikmu! bukan dengan cara meruntuhkan langit..



kepada setiap kamu!
hormatilah dirimu dengan menghormati kemanusiaanmu!
karena ketika kau telah menjadi manusia..
maka terhormatlah kamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar