Senin, 16 Agustus 2010

Sepi II Catatan Antologi Selepas Nol dari Jogja ke Jakarta

SAJAK CINTA PANJANG ( Nol-nol Jogja-Jakarta)



Aku mengemisimu sedikit cinta
Sampai hitam keningku kuantukkan ke batu batu yang menghampar mensajadahiku
Bagai mana aku harus menjelaskannya padamu
Walau tak satupun metapor aku gunakan
Tak satupun latin aku pakai
Kau tak juga paham, bahwa aku sungguh mencintai engkau perempuanku
Dalam setiap rindu tersisa yang aku punya

Aku merinduimu dalam cerita masa lalu
Tak lagi kini, tak lagi esok
Dan apa lagi tak mungkin bertahun ke depan

Aku lelah lagi membatu dalam setiap sel yang membangun aku
Setiap jengkalnya merayap seperti nyawa yang menghilang inci demi inci menguap bergerak perlahan di kulit putih dia yang membujur kaku

Aku lelah mengemis-ngemis lagi
Berharap kau kembali ke memori bertahun berabad lalu pertama bertemu dengan ku
Dengan cinta yang serampangan kita terjemahkan dalam setiap lagu
Seakan detik jam layak menjadi nada indah menyusun soneta
Sungguh aku lelah berharap

Aku berkali kali bilang padamu perempuanku;
Aku di akhir perjalanan
Cintai aku sejumput
Dan aku akan meluapimu sepenuh

Lalu kuteriaki setiap telinga
EUREKA!

Dan pekaklah mereka oleh cinta yang mendegupku sekeras genderang Troya
EUREKA!

Dan kau akan lihat perempuanku
Itulah senyum terakhir yang bisa kau pandangi
Karena aku sampai di akhir perjalanan

Di akhir perjalanan itu
Aku ingin engkau mendengar doaku;
Aku sepi mencintaimu
Dan sepilah aku karenanya
Tapi aku tak mau terhuyung di hadapanmu
Aku ingin kau melihat aku gagah berteriak

PEREMPUANKU! AKU CINTA KAU!

Memang tak sampai maut menjemput
Karena maut tak akan pernah sudi berkunjung kepadaku pada saat
Aku cinta kau


AKU ADALAH AYAH YANG BERCERITA PADAMU

Tak banyak yang mau ku ceritakan padamu anakku sayang
Ayahmu adalah seorang petualang yang seringkali malah terseok di ujung dunia, dipinggirnya, pinggir sekali
Taklah sampai sesenti sampai di ujung itu
Seringkali hot spot yang menghisap itu
Ayah kunjungi dengan suka rela
Suka cita malah

Untunglah Tuhanmu yang baik itu menciptakan kata hampir
Dan jadilah ayah sekedar hampir
Hampir jatuh
Hampir terjerembab
Hampir terlempar dengan setripugal yang ayah karang karang sendiri
Itulah makna limit anakku sayang
Ayah hanya hampir menuju nol
Tapi tak pernah benar benar nol, naudzubillah smoga tak pernah nol
Kalau perlu biarlah iman menjadi asimtot pertama yang menghalangi ayah menuju nol

Anak anakku sayang
Jangan lah kalian seperti ayah
Tetapkan setiap langkah kalian adalah nikmat
Dan nimat Tuhanmulah yang harus kalian rindu pada setiap detik yang mampu kalian punyai


SELEPAS NOL

Ra, matahariku
Aku rindu

Tak bisakah
Kau peluk aku malam ini
Malam ini saja

Tak lah aku meminta lebih
peluk aku
Agar tak lepas mataku dari setiap senti lekuk tubuhmu

Ra, matahariku
Aku rindu
Tak bisakah
Kau peluk aku semalaman ini
Tanpa pakaian yang tak perlu
Agar kulitku menyentuhmu
Malam ini saja

Tolong lah Ra
Kabulkan setidaknya malam ini
Seharian
Aku memelukmu
Tak bergerak
Mematung, mematut matut diri
Agar jadilah aku engkau!

Ra, matahariku
Malam ini
Dan janganlah perlu ada pagi
Agar tak perlu juga aku melepas engkau dihangatku


SELESAI

Apalagi?
Semua sudah selesai
Tinggal menunggu sineas itu menulis

TAMAT

Atau

THE END


Dan sudahlah kita mahpum
Artinya
Selesai


PENSIL

Pensil ini sudah tak lagi mendukungku
Seperti kau, kamu dan engkau
Menumpul
Tak jelas lagi makna yang di maksud

Jika pensil ini sja sudah tak mendukungku
Siapa lagi yang harus berkata
Aku bangga mengenal dan menggantungkan harapan atasmu?

Jika pensil ini sja berpaling
Sedihlah aku
Karena aku tak lagi ada


MENUNGGU

Aku masih menunggu
Berharap dalam kantuk yang maha
Aku rindu

Hangatnya
Di pelukmu


TUHAN YANG KURANG KERJAAN

Memandang langit langit gerbong kereta ini
Berharap entah alasan apa yang Tuhan buat
Aku melihatmu disitu berbaris berderet
Dan kucium keningmu lembut

Ah Tuhan, ada ada saja kau
Tak perlu lah kau buat yang tak perlu
Tak perlu kau bikin bikin alasan

Karena terus terang Tuhan
Aku tidak lagi tertarik
Walau sekedar menghayalkan itu



TRUS..

Terantuk
Aku tahan

Lagi
Dan lagi

Akupun menyerah
Aku tidur

Kita lanjutkan lagi
Besok
Atau lebih baik..

Segera!


NINA BOBO

Berjam jam aku berusaha melelapkan mataku
Memberatinya dengan logam maha karyaku sendiri

Cup-Cup-Cup
Tidurlah diriku, duhai sayang
Tidurlah engkau segera
Biarlah esok menjadi sekedar rahasia Tuhanmu belaka

Cup-Cup-Cup
Lelaplah engkau wahai diriku
Nina bobokanlah engkau dengan lagu pengantar tidur terhebatmu
Janganlah kau bersedih sedemikian
Tak kah kau malu
Untuk apa kau ratapi mimpimu itu
Tidak kah kau berpikir
Setidaknya sekali wahai sayangku
Jika saja kau teruskan
Siapa jaminanmu mimpi itu membahagiakanmu

Cup-Cup-Cup
Sudahlah duhai diriku sayangku
Badai boleh membasahimu
Tapi bukan sama sekali jadi alasan masuk akal bagimu bertukar dengan basah air di pipimu
Jadilah kau memalukan
Jika kau sampai sedemikian begitu
Ayolah duhai diriku
Aku masih ada untuk mu
Dan ikhlas berpikir terbaik untukmu
Untuk masa depanmu
Untuk karirmu
Untuk cintamu
Untuk engkau; diriku
Duhai diriku tersayang
Masih ada bayangan untukmu
Sehitam apapun ia dalam pandangmu diamasih ada
Disamping kirimu
Disamping kananmu
Di belakangmu
Bahkan di depanmu
Menjadi dirimu seutuhnya
Tak perduli orang benderang menyorotimu
Duhai diriku tersayang
Setidaknya masih ada kertas dan pensil ini untukmu
Tidak kah engkau sadar duhai diriku terkasih
Dia sabar ada untukmu
Menjadi tumpuan kesedihanmu
Menopang seluruh rencanamu
Ikhlas kau peralat memaki maki
Bahagia menjadi lidahmu atas suka citamu

Cup-Cup-Cup
Duhai diriku
Apakah lagi selain itu yang kau harapkan?
Kau telah berhasil menemukan yang Rikuto perintahkan kepadamu
Yang bijaksana (pikiranmu)
Yang berani (bayanganmu)
Yang terpercaya (kertas dan pensilmu)
Kau tinggal menentukan dua lagi orang kepercayaanmu yang akan mengantarkanmu menjadi soerang Maha
Yang bersedih
Yang bimbang
Yang cepat
Yang perkasa
Yang manusia biasa
Karena duhai diriku terkasih
Ketika kau sempurna menjadi manusia biasa
Maka mahalah engaku
Dan
Maha lah diriku

Cup-Cup-Cup
Tenanglah engkau sekarang wahai diriku
Ternyata kau telah banyak berkawan
Janganlah kau bersedih lagi
Janganlah kau bersepi lagi
Duhaidiriku
Bahagialah engkau
Setidaknya kau masih punya tiga orang kawan terpercaya
Pikiranmu
Bayanganmu
Kertas dan pensilmu

Duhai diriku terkasih
Duhai pikiranku
Duhai bayanganku
Duhai kertas dan pensilku
Terima kasih selarut ini
02.40 engkau masih berkenan bersama saling menjaga, menasihati, mencintai

dan karenanya hilanglah aku
dalam landscape kesepian yang menderaku seharian ini

diriku
bahagialah engkau!


EDITING

Jelas aku tak terkena scizo dan masih cukup waras sampai selarut ini
Karena aku masih mampu memerintah tanganku bergerak mencetak sebagian database sel abu otakku

Jelaslah aku belum cukup rabun
Karena masih cukup alasan bagiku mengoreksi setiaphurup printout cetak tangan ini
Membacanya berulang berulang berulang
Lalu dengan bodohnya menangisinya menangisinya menangisinya
Seakan menikmati roman tolol khas remaja
Meratapi hurup hurup peyot keriput
Mengasihani satu persatu
Kemudain berkesimpulan

Memalukan
Kok bisanya aku mengenal orang seperti ini
Tokoh bloon yang meratapi cinta
Seakan romantisme kiamat benar adanya

Tolol sekali


JAM KETIGA

Jam ketiga
Bergerak dari nol
Tiga jam

Berputar di tempat itu itu juga
Dalam cerita yang miskin warna

Itu itu juga
Itu itu juga

Ya sudah lah


AKHIRNYA!

Akhirnya
Ada juga walau tak hanya
Pensil yang mulai menumpul

Tak ada lagi
Puas sudah semuanya!


Darmawan, dalam perjalanan Jogja-Jakarta empat jam penuh merenung dan empat jam penuh menuliskannya. 16-12-2009. kereta malam. Gerbong satu-9D. 05.00 pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar