Minggu, 12 Mei 2013

Belajar dari Waktu

Kelemahan manusia yang paling ditakuti terutama oleh kaum perempuan adalah menua. Sedangkan dua kata lanjutannya paling ditakuti kaum adam (menua dan mati). Kenapa kita seringkali takut pada menua dan mati? Bukankah lebih menakutkan jika kita tak tua-tua dan tak mati-mati. Coba bayangkan jika kita menjadi manusia yang tak tua-tua? atau tak juga mati? padahal teman-teman sepermainan kita sudah jauh lebih dahulu meninggalkan kita?

Bukankah yang paling menakutkan justru sepi? kesepian? Rasanya saya ingat betul pertama kali mengajar dulu, ada mahasiswa yang memperkenalkan anak gadisnya kepada saya. (hahaha dia sangka saya belum menikah???). Begitu kaget si Mahasiswa ini ketika saya bilang bahwa saya sudah menikah dan punya 4 orang gadis kecil di rumah? ^_^ Rasanya ingin ketawa ketika ingat dulu banyak mahasiswa menyebut saya dosen muda. hahaha (kok ngga ada istilah dosen tua ya?).

Rasanya baru kemarin saya mengajar di SMA Darul hikam. Waktu itu saya masih 18 tahun, tahun pertama pernikahan saya (saya menikah di usia 17 tahun). Sekarang usia sudah 36 tahun, dan rambut pun sudah beruban banyak. Rasanya kaget... perasaan baru kemarin ikut prajabatan CPNS? wah... waktu berlari sementara saya cuma ngorondang? (ngorondang = merangkak)? Betapa konsistennya sang waktu? rasanya akan aneh justru jika waktu korupsi memperpendek detik, menit atau jam?

Tetapi pertanyaan pokoknya adalah apa yang mau kita lakukan dalam waktu yang mungkin masih tersisa? Lebih bikin tersudut lagi jika kita di tanya: apakah sisa waktu ini akan kita gunakan untuk sepenuhnya membahagiakan anak-anak kita? atau membahagiakan diri sendiri dan berharap anak-anak ikut senang? (hahaha pikiran bodoh???)

Yang jelas, waktu terus bergerak, sementara kita masih mematung... ragu hendak memutuskan apa? hendak melakukan apa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar