Minggu, 12 Mei 2013

Pendidikan dalam System yang Peodalistik


Di dalam kamus kita setidknya ada 3 pengertian feodalisme 1. sistem sosial atau politik yg memberikan kekuasaan yg besar kpd golongan bangsawan;  2. sistem sosial yg mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja;  3. sistem sosial di Eropa pd Abad Pertengahan yg ditandai oleh kekuasaan yg besar di tangan tuan tanah. Masyarakat kita sudah lama mengagungagungkan asal-usul, pendidikan, gelar dan segala sebutan turunannya. Sebenarnya, sindiran akan hal ini telah banyak diberikan pada masyarakat kita. Bahkan akhir-akhir ini sindiran pada "kaum haji" lebih parah lagi. Sampai-sampai ada sindiran "haji dua kali"; "haji tiga kali"; bahkan ada sindiran "ah, dia mah bukan haji 3 kali, hajinya sekali yang dua kali itu umroh". hahahaha ini masyarakat kita memang telah sebegitu parahnya?

Di lingkungan akademik pun hal ini telah menjadi lumrah. Salahnya kita adalah, kontribusi yang diberikan oleh kaum terdidik akademisi yang saling memanggil dengan panggilan gelar atau jabatan. Seringkali kita temui di sebuah kampus ada seorang guru yang mengatakan "selamat pagi pak kepala, silahkan pak" begitu ujarnya ketika guru tersebut bertemu dengan kepala sekolahnya. Di jenjang yang lebih tinggi, kita juga sering mendengar "untuk urusan itu silahkan pak Dosen menemui pak Dekan", halah! Yang benar saja? Atau saling memanggil "pak Doktor, bu Doktor, kang Doktor, atau bahkan si Doktor (xixixixi)". Apalagi seringkali saling menyapa itu bukan pada konteks akademik, seperti forum seminar atau lokakarya misalnya.

Sebenarnya hal ini bisa jadi sebagai wujud penghormatan atas kerja keras dan prestasi seseorang. Tetapi, efek merusaknya adalah ketika hal ini kemudian dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, ketika di tanggapi sebagai "kelumrahan". Cara pandang ini kemudian akan membuat masyarakat awam menjadi ikut-ikutan mendewakan gelar dan jabatan. Sehingga kita akhirnya semakin terperosok, dan jauh dari sifat zuhud.

Pertanyaan terpentingnya adalah "Jika memang masyarakat akademik merasa lebih terdidik, apakah masyarakat akademik bersedia dengan kesadaran tinggi sebagai bagian dari sesuatu yang sesat dan menyesatkan?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar