Minggu, 12 Mei 2013

Keberhasilan - Kebahagiaan?

Setelah selesai membaca The Class, Saya merasa makin paham bahwa : "Kebanyakan Sekolah dan Universitas Besar beserta para guru dan Profesor hebatnya seringkali hanya mengajarkan bagaimana caranya menjadi berhasil, tetapi sering lupa mengajari murid dan mahasiswanya cara menjadi bahagia."
Setelah berjam-jam sakit perut dan mual. Memikirkan status abah sendiri tentang keberhasilan-kebahagiaan. Akhirnya abah menemukan entri poinnya:
Sebagai akademisi, kita memang dihadapkan pada dua kutub pemikiran. Secara teoritis (Teori kepuasan Maksimum), pemenuhan kebutuhan manusia akan membentuk sebuah kurva fungsi kuadrat dengan a negatif. Sehingga dalam upayanya memenuhi kepuasan, manusia akan menemui titik maksimum (-b/2a). Dan kemudian lambat-laun keinginan manusia terhadap kebutuhan tersebut akan menurun.
Dilain pihak, agama mengajari kita bahwa manusia adalah mahluk yang tidak akan ada puasnya. Manusia akan memandang dunia layaknya meminum air laut; makin di minum semakin haus. Kenapa kedua pemikiran ini bisa bertolak belakang? Di mana salahnya. Padahal.. sebagai pembelajar kita berkeyakinan bahwa Tuhan dan pengetahuan mustahil bertolak belakang?
Baiklah kita akan mulai menggabungkan kedua perspektif ini. Pendekatan paling lazim yang digunakan para pembelajar dalam memahami sebuah penomena adalah membuat model matematis, persamaan regresi linier dan kuadratis biasanya menjadi pilihan utama. Secara sederhana model kebahagiaan/ keberhasilan = intercept + beta kemakmuran + error term. Kita sering kali dihadapkan pada realita bahwa semakin tinggi kemakmuran maka kebutuhanpun akan ikut meningkat layaknya sebuah garis sejajar yang tidak akan berpotongan menemukan titik kebahagiaan/ keberhasian kan?
Itulah sebabnya kita membutuhkan intercept sebagai titik awal agar memperjelas posisi beta yang selalu bergerak sepanjang garis kepuasan tadi.
Didalam Islam, ada dua form utama yang menjadi panduan mencapai kebahagiaan: rukun iman dan rukun Islam. Pertanyaannya adalah siapakah yang harus beriman itu? Al Qur'an menjelaskan bahwa kewajiban itu dibebankan pada Jin dan Manusia artinya pada yang hayat-hidup. Oleh karena itu bisa kita simpulkan bahwa hidup adalah intercept, hidup adalah konstanta kebahagiaan. Jadi syarat untuk bahagia-berhasil adalah hidup! Tidak ada kebahagiaan-keberhasilan tanpa hidup!
Oleh karena kesimpulan pertama itu maka target pertama kita mencapai keberhasilan-kebahagiaan adalah bagai mana caranya agar tetap hidup. Kebutuhan dasar yang meliputi makan, tidur, tinggal dan tanpa rasa takut haruslah dipenuhi dengan cara yang sederhana. Itulah kenapa kita diajari "berhentilah makan sebelum kau kenyang" atau dalam gaya khas mafia Italy "saya sudah makan tiga kali, kenapa harus pusing untuk memikirkan makan empat kali?".
Berikutnya, rukun islam dimulai dari pernyataan hayat juga, bersaksi, yang hanya bisa dilakukan oleh yang hidup. Kemudian kebutuhan akan harapan-do'a yang mengambil shalat sebagai bentuknya... dan seterusnya sampai menunaikan ibadah haji. Semua kebutuhan ini memerlukan kemakmuran sebagai tools, sebagai alat.
Dan jika yang terakhir ini telah kita penuhi, berhentilah pada garis titik ini. Kemudian telusurilah titik ini sepanjang waktu yang tersisa. Pertahankanlah titik maksimum ini bertahan pada Yt = Xt. Begitu kita berusaha untuk menambah kemakmuran, kita akan mulai terjebak pada ritual meminum air laut, ritual mereguk dunia yang tak pernah akan puas itu, meminum kekayaan fana yang akan membuat kita abadi terpenjara dalam nafsu.
Bagaimana cara mempertahankan titik maksimum ini? Tetaplah mempertahankan prinsip pengabaian pada error term. Biarkan ia selamnya tak kita masukkan dalam model kebahagiaan-keberhasilan kita. Apakah error term ini? Itulah yang kata nabi istri dan anak-anakmu itulah yang kata nabi keberhasilan saudara, tetangga dan orang-orang yang kita kenal. Ya betul kita harus membahagiakan istri/suami dan anak-anak kita, tapi ajaklah mereka tetap pada titik kebahagiaan yang telah kita sepakati. Keberhasilan yang akan membahagiakan kita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar