Minggu, 12 Mei 2013

Kenapa Kita Harus atau Tak Harus Bertahan


berapa hari yang lalu seorang kawan berceritra tentang masalahnya; masalah klasik bagi mereka yang menikah dalam usia muda dan belum mapan baik mental maupun finansial. apalagi kalau kemudian tinggal di rumah mertua menjadi pilihan.. pilihan sementara yang sering kali jadi sementerus.. pada kualitas cerita seperti ini dengan sok berpengalaman dan berilmu kita tentu akan menasihati sang kawan dengan " sudahlah.. sabar.. berkeluarga memang begitulah adanya. apalagi menikah dalam usia sedemikian muda, tentu bukan hal yang mudah. ketika mertua ikut menentukan pilihan.. itu sering kali karena mereka khawatir.. mereka mencintai anaknya dan takut sesuatu yang buruk datang menimpa.. dll.. dst "
padahal ketika hal itu di alami sendiri tentu bukan hal yang semudah ketika kita sekedar menasihati.. sekedar menjadi penonton tentu tak sama dengan menjadi sutradara apalagi pemain.. tak mudah memang. dan pilihan untuk memutuskan; ya sudah lah, inilah akhirnya... akan sering kali muncul! TETAPI apakah semudah itu? apakah sedemikian buruknya kita berpikir dahulu ketika menentukan pilihan? kalau kita sekarang membodoh-bodoh pasangan atau keluarganya, apakah bukan kita yang bodoh telah salah memilih? tentu itu harus di pikir dengan lebih jernih..
ketika kita menentukan pilihan untuk tetap bertahan atau tidak bertahan, kita akan di hadapkan pada pilihan yang tidak se-ganda itu. pilihan yang muncul akan sangat beranak-pinak. setiap opsi akan melahiran sub opsi-opsi yang lain. sejumlah argumen akan di hadirkan kehadapan kita. beberapa bulan terakhir 2 adik dari pihak istri demikian mudah (dalam penglihatan orang luar) memutuskan untuk pindah perusahaan (yang satu dari RCTI ke KOMPAS yang satu dari IndoMobil ke BPK RI). begitu sederhana tampaknya, tapi apakah sesederhana itu? apakah benar hanya pertimbangan-pertimbangan finansial semata?
bagi kita yang tidak pernah mengalami pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari satu suami ke suami yang lain, dari satu pacar ke pacar yang lain dll dst kita akan sulit memberikan judgement pada keadaan yang seperti itu. setiap kebijakan tentu situasional dan tidak bisa di generalisir maupun dieleminir begitu saja. akan ada banyak pertimbangan.
nah, bagi anda yang sedang memutuskan bertahan atau pun tidak; apapun itu.. bersiaplah.. bahwa setiap pilihan memiliki resiko dan sejauh pengalaman memandang: setiap resiko itu akan kita tanggung sendirian. tidak suami/istri, orang tua, saudara, sahabat, apalagi teman dan segala hubungan sosial lain yang bersifat fana. kita lah penanggung utama dari setiap pilihan yang kita ambil.
Tapi kepada engkau setiap petarung; ingatlah satu hal "pemenang adalah mereka yang mengambil langkah dan bertindak bukan mereka yang menunggu Tuhan memutuskan! karena Tuhan suka hambanya yang bergerak!" ingatlah "setiap yang hidup (bergerak) pasti dilimpahi rizki olehNya!"
salam hangat.. dan selamat memutuskan dengan berjalan sambil berpikir!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar